Monday, August 31, 2020

LIRA PACAR TEMAN KU ( INDONESIAN LANGUAGE )

DIAMOND SLOT
DIAMOND SLOT

LINA
ZSYL - Sejak berpacaran dengan Lina, mahasiswi Fakultas Hukum Universitas terkemuka di Bandung, yang berbeda dua angkatan dengannya, Andi mulai bergaul dengan teman-teman Lina. Aktifitas Lina membawanya sering berkumpul dengan anak-anak Hukum yang seperti teman-teman baru bagi Andi. Kenyataan ia satu-satunya anak Ekonomi saat berkumpul dengan teman-teman Lina membuatnya mudah dikenali. Dari sering berkumpul ini pula ia mulai kenal satu persatu anak Hukum. Sikapnya yang mudah bergaul membuat ia juga diterima dengan tangan terbuka oleh komunitas anak-anak Hukum.

Sebagai anak Ekonomi dan punya pengalaman organisasi lebih banyak dibanding teman-teman Lina, membuatnya sering memberikan wawasan baru bagi anak-anak Hukum angkatan Lina.
Di sini juga ia menjadi kenal Lira, yang sama seperti teman Lina yang lain, sekedar kenal dengannya. Lira sering ikut datang karena statusnya sebagai pacar Boy, salah satu pentolan angkatan Lina. Tidak ada perhatian khusus Andi kepada Lira, kecuali tentu saja, sebagai laki-laki normal, dadanya yang super. Meski bersikap biasa kepada Lira dan cenderung bersikap sama terhadap teman Lina yang lain, kelebihan pada tubuh Lira kerap membuatnya tak kuasa melirik lebih dalam, terutama saat Lira memakai baju yang memamerkan lekuk tubuhnya secara sempurna, apalagi kulit Lira putih bersih dan mulus.

Perkenalan lebih terjadi saat Lina meminta Andi mengantarnya ke kost Lira karena perlu meminjam bahan kuliah. Saat itu pun Andi masih belum sadar Lira itu siapa, dan baru paham setelah disebutkan pacar Boy. Meminjam buku menjadi waktu bertamu yang lebih lama setelah Andi dan Lira ternyata punya selera musik yang sama. Obrolan itu masih dalam batas koridor pertemanan, hanya bedanya setelah itu, Andi jadi lebih ingat siapa Lira, paling tidak namanya. Lira sendiri sebetulnya bukan teman akrab Lina. Bisa dikatakan beda gank, tapi hubungan mereka baik.

Aktifitas mengantar Lina ke kampus pun kini menjadi lebih menyenangkan bagi Andi karena ia sering bertemu Lira. Namun, sekali lagi ini sebatas karena mereka punya selera musik yang sama. Paling tidak, saat menunggu Lina berurusan dengan orang lain, terutama di lingkungan organisasi mahasiswa kampus, Andi punya teman ngobrol baru yang nyambung diajak ngobrol. Lina pun merasa beruntung Andi mengenal Lira karena ia jadi lebih santai mengerjakan sesuatu di kampus terutama jika ia minta Andi menunggunya.

Sampai tiba masa-masa sibuk di organisasi mahasiwa Hukum yaitu pemilihan ketua Badan Eksekutif Mahasiswa. Rapat-rapat sering digelar untuk merumuskan strategi kampanye. Kasihan kepada Andi, pada suatu hari Lina tidak minta ditunggu lagi oleh pacarnya itu, tapi ia minta dijemput lagi pukul empat sore, dua jam setelah rapat dimulai. Andi pun memutuskan untuk menunggu di kost-an salah satu teman yang kost di dekat kampus. Sayang, saat tiba di kost-kostan tersebut temannya sedang keluar. Tak habis akal ia menuju kost-an temannya yang lain. Namun, jalan ke kost-an temannya itu melewati kost-an Lira. Dari jalan, yang hanya berjarak sekitar 15 meter dari deretan kamar kost tersebut. Ia melihat Lira keluar dari kamarnya hendak menjemur handuk. Andi melambatkan motornya dan berharap Lira melihat. Dan, harapannya terkabul. Ia akhirnya memutuskan main di kost Lira sembari menunggu Lina selesai rapat.

LIRA
"Lina lagi rapat ya?"
Lira membuka pembicaraan sambil sibuk menata rambutnya yang basah. Ia mempersilakan Andi duduk di atas karpet karena di kamarnya memang tidak ada kursi. Semua perabot terletak di bawah termasuk sebidang meja kecil tempat Lira belajar.

"Iya. Loe kok ngga ikut Lir?"
"Males. Gue tau pasti lama. Lagian sekarang kan yang rapat pentolan aja."
"Boy di sana juga?"
"Iyalah, dia kan proyeknya. Masa' dia ngga dateng. Ini juga gue lagi nungguin dia. Janjian ntar gue jemput jam enam, mau nonton."

Andi baru sadar kalau ini adalah malam Minggu dan ia belum punya rencana. Dari tadi pandangannya tidak lepas dari rambut ikal sebahu Lira yang basah habis mandi. Ia hanya bisa menelan ludah melihat Lira yang seksi sekali dalam kondisi seperti itu. Aroma yang cukup familiar baginya merebak dari rambut Lira yang masih basah.

"Shampo loe shampo bayi ya, Deedee kan, rasa strawbery?"
"Hahaha, kecium ya, kok tau sih?
"Yah, elo Lir, gue kan juga pake Deedee. Cemen yah?"
"Buset, orang kayak loe shamponya Deedee? Lina yang mau apa emang elo yang suka?"
"Gue udah pake shampo itu sejak SMA,"
"Hihihi..., geli gue, lucu aja, liat loe shamponya Deedee," ledek Lira sambil tertawa geli.

Keduanya terdiam sesaat. Sampai tawa Lira berderai lagi.
"Kok sama lagi sih. Kita emang udah jodoh ketemu kali nih. Jodoh jadi temen gitu maksud gue."

Lira berusaha meluruskan kalimatnya karena sadar perkataannya bisa diartikan berbeda. Keduanya memang saling nyambung awalnya karena punya selera musik yang sama.

"Mungkin kali ya...., loe bocor sih," sahut Andi terkekeh.
Obrolan pun terus berlanjut mengalir seperti sungai. Lira yang cerewet selalu punya bahan pembicaraan menarik demikian pula dengan Andi. Uniknya obrolan tersebut selalu nyambung. Di tengah ngobrol Andi sekali-sekali melirik dua tonjolan di dada Lira yang luar biasa ranum. Soal cewe, selera Andi memang yang memiliki dada besar. Ia sudah bersyukur punya Lina yang berdada lumayan berisi, namun melihat Lira, rasanya rugi kalau diabaikan, membuat darahnya berdesir kencang.

Saat melihat dari jalan tadi, Andi menemukan Lira hanya memakai kimono mandi dan sedang menjemur handuk. Ia sempat diminta menunggu cukup lama oleh Lira karena harus berpakaian dulu. Harapannya, Lira keluar dengan pakaian lebih tertutup, tapi yang didapati adalah Lira hanya memakai tank top putih yang memamerkan ceplakan branya dengan jelas hingga renda-renda di dalamnya berikut celana pendek yang membuat 3/4 pahanya terbuka.

"Eh, Lir, gue mo nanya nih...."
"Apaan?"
"Tapi jawab jujur ya...."
"Apaan dulu??
"Ya ini gue mo nanya?."
"Oke, jujur...."
"Anak-anak Hukum sebetulnya risih ngga sih gue sering ngumpul bareng mereka."
"Angkatan gue??
"Iya."
"Jujur kan?...Ngga, yakin gue. Eh, tapi maksudnya ngumpul karena loe nemenin Lina kan?"
"Iya."
"Ya ngga sama sekali. Yang suka sama loe banyak kok."
"Bener loe? Kalo cowo-cowonya gimana?"
"Ngga juga. Kenapa sih? Ya kalo ada paling yang dulu naksir Lina tapi keserobot elo?hahahaha...."
"Sialan loe?, serius nih gue."
"Gue juga serius. Bener kok, percaya deh sama gue."
"Mereka, terutama yang cewe, malah yang gue tau pada keki sama Lina."
"Keki kenapa? emang salah gue apa?"
"Maksudnya keki soalnya Lina dapet cowo kayak elo."
"Emang gue kenapa?"
"Ya?loe kan sabar banget tuh mau nungguin Lina, terus gabung sama kita-kita, maen bareng?"
"Gitu ya...?"
"Iya pak Andi. Nih ya, gue kasih bandingan: cowo gue yang dulu, itu sama sekali ngga mau gabung. Sebates nganterin gue aja. Sombong banget, kayak ngeliat apaan gitu kalo kita ngumpul. Ngga tau, pembawaan anak teknik kali ya, berasa pintar sedunia." SLOT ONLINE

Lira nyerocos tapi dari sorot matanya terlihat ia sangat serius.
"Dulu gue tuh sering nahan hati soalnya cowo gue itu diomongin terus sama temen-temen gue. Sombong lah, belagu lah. Ya mereka sih ngomongnya baik-baik, minta gue ajak dia bergabung. Tapi cowo gue ngga mau gimana. Jadi serba salah kan?"
"Anak teknik? Dani maksud loe?"
"Betul pak! Dani. Mungkin juga karena ketuaan kali ya? Tapi ngga tau ah! Nah, ketika loe masuk dan mau mencoba berbaur. Temen-temen gue, ngga cewe ngga cowo, jelas seneng. Apalagi loe bisa nyambung. Yang cowo respek sama loe, yang cewe,....hihihi, demen."

Lira sengaja hanya sampai kata itu. Sebetulnya ia ingin bilang ke Andi bahwa anak-anak, cewe-cewe tentunya, banyak yang naksir Andi.
"Demen apaan?" Andi berusaha memaksa Lira memperjelas omongannya sambil tergelak.
"Ya demen...ih, loe GR ya?" kata Lira sambil menunjuk Andi.
"GR apaan? kan gue cuman minta diperjelas,"
"Nih ya, ada satu temen gue yang bilang berharap banget loe putus sama Lina. Katanya, gue mau deh, biar bekas temen juga...tuh..."
"Yang bener loe? Siapa?"
"Ngga usah gue kasih tau. Kalo perasaan loe peka, loe pasti tau deh! Eh, bener tuh, dalem hati loe pasti seneng juga kan disenengin cewe-cewe....hahaha."
"Sialan loe!" balas Andi sambil terkekeh.

Tanpa sadar, Andi mendorong paha kiri Lina. Sejak perkenalan pertama mereka saat ngumpul bersama teman-teman yang lain sepuluhan bulan yang lalu. Baru kali ini mereka benar-benar saling bersentuhan secara fisik. Meski sebuah sentuhan tanpa maksud apa-apa, tak kurang Lira tertegun sejenak. Syaraf sensorik di pahanya seperti mengalirkan sesuatu yang menbuatnya berdesir. Hampir tidak ada yang tahu, bagian yang didorong dan disentuh Andi justru bagian paling sensitif pada Lira, bagian yang mampu mengalirkan perasaan erotik dalam diri cewe berumur 20 tahun itu.

Lira berusaha tidak memandang mata Andi, tapi ia tak kuasa menahannya. Rangkaian kejadian yang hanya berlangsung sekitar satu detik itu seperti membuat tubuhnya mengalirkan darah demikian cepat.
"Eh, Lir, sorry ya kalo terlalu keras. Ngga sakit kan?"

Kali ini Lira malah berharap Andi kembali menyentuhnya. Desiran akibat sentuhan tak sengaja tadi benar-benar membuatnya merasakan sensasi yang selama ini belum pernah ia rasakan. Tapi, ia berusaha mengendalikan diri. Pahanya yang merinding tersentuh tangan Andi berusaha ia tutupi.

"Ngga kok Ndi, ngga papa, cuma kaget."
"Aduh, gue jadi ngga enak. Bukan maksud gue mau lancang ke loe kok, Lir reflek aja."
"Iya gue tau," Lira berusaha menahan agar mulutnya tidak mengatakan bahwa bagian yang Andi sentuh adalah daerah paling sensitif dari tubuhnya.

Andi benar-benar jadi tidak enak dan salah tingkah. Lira bukan tidak menyadari hal tersebut. Ia kini paham, Andi memang bukan tipe cowo yang suka merayu perempuan, bukan cowo yang suka pegang-pegang perempuan sembarangan. Memang tidak salah teman-teman di kampusnya banyak yang suka pada Andi. Sikapnya gentleman banget, sama sekali tidak terlihat dibuat-buat. Dan, kenyataannya Andi memang benar-benar menyesal telah berlaku kasar, menurut ukurannya, kepada seorang perempuan. Ia adalah laki-laki yang paling tidak bisa berbuat kasar pada perempuan.

"Gue juga termasuk yang dongkol sama Lina, kenapa gue justru nyambung sama cowo-nya...hahaha," Lira berusaha mencairkan suasana dengan melontarkan joke yang sejujurnya ngga lucu.

Andi pun tertawa meski masih agak dipaksa. Ia benar-benar merasa bersalah karena tanpa terkontrol menyentuh paha Lira terlalu dalam. Maksudnya hanya pengakuan 'kekalahan' karena didesak soal banyak perempuan yang menyenanginya. Sejujurnya ia juga suka Lira karena ia anggap perempuan yang suka bicara tanpa basa basi, apalagi dengan orang yang ia rasa bisa membuatnya nyaman. Sikapnya itu membuat Andi merasa lebih dekat dengannya, meski dengan dasar suka sebagai teman.

Dari sisi laki-laki, Andi juga terkesiap dengan sentuhannya itu. Ia jadi menyadari Lira memiliki tubuh yang kencang dengan kulit yang halus. Benar-benar membuat kelaki-lakiannya bangkit. Ingin rasanya berbuat lebih dari itu. Tapi ia tidak tahu harus bagaimana. Ia juga sadar, situasi seperti ini sudah cukup sebagai tanda bahaya bagi dua insan berlainan jenis yang berada dalam satu ruangan. Hanya ia juga tak kuasa dan tak mengerti bagaimana menghentikannya. Langsung pergi, jelas akan membuat Lira marah, ia bisa menangkap bahwa Lira tidak menginginkan itu. 

Masih diliputi perasaan tak menentu dan membuatnya tertegun seperti patung, Andi terkejut ketika Lira sudah menjulurkan tangan dan meraih tangannya. Tapak tangannya digenggam kedua tangan Lira dan diarahkan ke bibirnya. Dalam keadaan terbuka, Lira menciumi perlahan-lahan permukaan telapak tangan kanannya. Andi benar-benar tegang bercampur kaget. Ia tahu itu sudah lebih dari sekedar pertanda Lira menginginkan sesuatu, lebih dari sekedar sentuhan tanpa sengaja. Lira pun bukan tanpa maksud seperti itu. Ia sadar antara dirinya dan Andi baru benar-benar kenal beberapa bulan belakangan. Tapi, akal sehatnya tak kuasa menahan keinginannya untuk disentuh lebih dalam oleh Andi.

Andi benar-benar bimbang. Ia tahu, Lira sudah membuka gerbang dan kini dialah yang harus memainkan bola. Semua ada di tangannya. Di antara bimbang untuk meneruskan, yang artinya ia dan Lira sudah melanggar komitmen pada pasangan masing-masing, atau menghentikan, yang artinya ia bisa kehilangan kesempatan merasakan sesuatu yang selama ini sering membuat badannya bergetar dan hanya ia lampiaskan pada Lina, tangannya seperti bergerak sendiri membelai pipi kiri Lira. Jantung Andi berdegup kencang, bukan lagi takut Lira akan menolak, tapi sadar ia telah membuat sebuah pilihan penuh resiko tapi pasti sangat menyenangkan.

Lira tersenyum. Merasakan belaian lembut jemari Andi di pipinya. Andi pun bergerak menyisir leher dan tengkuk Lira. Sampai di punggung, tangan kirinya ikut merangkul Lira dan seketika keduanya sudah berpelukan. Lira membenamkan seluruh tubuhnya ke Andi. Pelukannya bahkan lebih kuat dari Andi dan pantatnya ia geser mendekat. Keduanya masih duduk di lantai beralaskan sebuah karpet tebal berwarna merah. Andi mengangkat wajah Lira perlahan. Ia bisa melihat Lira tersenyum bahagia merasakan kehangatan tersebut. Andi sadar, ia melakukannya bukan untuk mengejar perasaan Lira, tapi lebih pada nafsu. Nalurinya sebagai laki-laki berkata bahwa ini adalah kesempatan merasakan nikmatnya tubuh seksi Lira yang selama ini sudah ia kagumi. Dalam hati ia terus membatin untuk tidak tanggung-tanggung dan ragu. Ia bertekad menunjukkan pada Lira bahwa ia memang laki-laki sejati. Sambil mulai menjilati daun telinga Lira, Andi berusaha membisikkan kata-kata rayuan ke telinga Lira.
Glek! Mulutnya justru seperti terkunci. Semuanya sangat sulit untuk dikatakan. Balasan Lira hanya sebuah erangan manja berikut usapan halus disekujur punggung Andi. Tanpa ragu ia mendekatkan bibirnya yang merekah menyentuh bibir Andi. Halus, lembut dan perlahan penuh perasaan, keduanya saling mengulum bibir lawannya. Berpagutan dan saling bertukar lidah membuat suasana semakin hangat.


"Ndi...," Lira berusaha mengontrol dirinya. Ia ingin terus merasakan belaian laki-laki yang dikaguminya itu.

Andi tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Ia paham ini adalah titik kebimbangan Lira. Memaksa Lira menyelesaikan apa yang ingin dikatakannya sama saja berpeluang menghentikan semuanya. Ia terus mencium Lira penuh kehangatan. Tangannya mulai menggerayangi sisi kiri tubuh Lira dan berbalik ke atas menuju sebuah bongkah daging keinginan setiap laki-laki. Ia mulai dengan meraba permukaannya halus dan meremasnya pelan. Persis seperti yang ia lakukan pada Wita, sahabatnya, beberapa tahun silam. Perbuatan berdasarkan naluri yang membuat ia dan Wita hampir mengakhiri persahabatan erat yang mereka bangun sejak masuk kuliah, runtuh hanya bersisa nafsu.
Andi seperti merasakan kembali sensasi itu. Sensasi bercumbu dengan perempuan yang rela menyerahkan tubuhnya secara total pada dirinya. Sesuatu yang justru tidak ia rasakan saat melakukannya pertama kali dengan Lina. Status berpacaran membuat mereka mudah melakukan apapun seperti ciuman, pelukan, bahkan rabaan. Andai dulu ia mengabaikan pertanyaan Wita apakah mereka benar melakukan hal tersebut, ia dan Wita saat ini pasti sudah tak ubahnya dua insan yang saling mengejar nafsu. Tidak ada lagi keindahan persahabatan dan keagungan sebuah kedekatan yang tidak dilandasi nafsu, murni sebuah kasih sayang dua manusia yang saling membutuhkan.

Tapi dulu tindakannya tepat. Karena, ia dan Wita lebih membutuhkan hubungan tanpa berlandaskan nafsu birahi. Walaupun akhirnya ia dan Wita menghentikan semuanya sebelum keduanya bersatu dalam sebuah persetubuhan, perlu waktu berbulan-bulan untuk membangun kembali landasan yang telah mereka hancurkan sendiri. ZSYL 

Kini, terhadap Lira, semuanya berbeda. Tidak ada halangan untuk melakukannya saat ini. Benar atau salah, itu soal nanti, karena saat ini nafsulah yang melandasi hubungan dirinya dengan Lira. Lira bukan teman dekatnya. Sejak awal ia tertarik pada Lira karena tubuh Lira yang menggoda iman. Kalau kemudian ia menjadi dekat dengan Lira karena sesuatu hal, itu tak ubahnya alat untuk masuk ke dalam perasaan Lira.

Remasannya ke dada Lira semakin kuat. Tanpa ragu, ia menyisipkan jarinya dari sisi atas untuk merasakan langsung lembutnya bongkahan indah itu. Lira mengerang dan berusaha mendekap Andi lebih kuat. Tangan Andi meremasnya makin kuat dan semakin ia merasakan betapa kencangnya dada Lira. Kencang, halus dan terawat. Ia pun kagum kepada Lira yang menyadari bahwa bagian tubuhnya yang sedang remas Andi adalah daya tarik utama dirinya, terbukti dari hasil perawatan yang dilakukannya itu. Sembari tangan kanannya meremas dada Lira, dan lidahnya menjilati leher Lira. Tangan kirinya membuka pengait bra di belakang. Sekali terbuka, kedua tangannya menyusup dari bawah dan mengangkat pakaian Lira melewati leher. Dan sekejab ia langsung bisa melihat bukit besar menantang itu langsung di depan matanya. Sejenak ia kembali mengagumi keindahan yang terpampang di depan matanya itu. Dua bongkah daging yang sejak setahun lalu membuat dirinya kerap tak bisa tidur. Tak berlama-lama puting susu Lira sudah menjadi sasaran mulutnya. Kuluman bibir, gigitan kecil plus sapuan lidah membuat Lira terlonjak tak bisa menahan diri. Badannya menegang setiap Andi menghisap putingnya. Ingin rasanya Andi mengecup kuat area di kulit yang menutupi tonjolan dada Lira, tapi ia sadar hal tersebut akan mempersulit posisi Lira. Apalagi Lira memohon dengan suara lirih.
"Jangan ada...bekasnya...Ndi...."

Dua bukit besar itu seperti mainan baru bagi Andi. Ia juga sering merasakannya dari Lina, tapi yang disodorkan Lira dua kali lebih nikmat. Lina juga keras dan kencang, tapi tidak sebesar Lira. Besar tapi masih proporsional. Ia bisa merasakan puting Lira menyentuh telinganya saat ia berusaha membenamkan kepalanya ke sela-sela di antara dua bukit tersebut.

Erangan pelan mulai terdengar keras keluar dari mulut Lira. Nafas Lira mulai memburu dan matanya terpejam. Mulutnya sedikit terbuka dan setiap isapan Andi di putingnya mengeras, kepalanya terlonjak ke belakang. Tangannya hanya bisa menekan kuat punggung Andi. Kendali dirinya benar-benar sudah hilang tertutup kenikmatan isapan dan sapuan lidah Andi di kedua payudaranya. Bahkan angin dingin khas kota Bandung yang kencang dari luar sudah tak terasa lagi di kulitnya. Tak hanya Lira yang terlena, Andi pun semakin bernafsu menggarap buah dada Lira yang menggairahkan itu. Sensasinya seperti mendapatkan sebuah mainan baru. Ia menjelahi setiap titik buah dada Lira tanpa terlewatkan. Ia ingin tahu reaksi apa yang diberikan Lira setiap ia menjelajah setiap permukaan buah dada itu.

Keduanya sedikit tersentak ketika pintu kamar Lira tertutup sendiri tertiup angin kencang dari luar. Andi terdiam dan memandangi Lira sesaat.
"Geblek, lupa ditutup...."
Andi langsung bangkit dan memeriksa keadaan di luar dari jendela, apakah ada mata-mata tersembunyi yang menyaksikan perbuatan mereka.
"Kunci Ndi..., sekalian korden..."
Sebut Lira dengan suara parau dan lemah.

Lira langsung menggamit lengan Andi dan memeluk laki-laki itu dan menempelkan keningnya ke dada bidang penuh bulu itu. Menunduk, ia bisa melihat puting buah dadanya menempel di atas perut Andi.
"Ndi..., tolong...,"
Ia melepaskan tangan Andi yang mengusap-usap halus punggungnya. Tangan kanannya membimbing tangan Andi ke arah selangkangannya. Ia merasakan sendiri sedikit demi sedikit kewanitaannya mulai basah mengalirkan cairan hangat. Ia tahu persis telah dihinggapi nafsu.

Sejenak Lira was-was. Ia takut Andi melakukannya tindakan bodoh seperti laki-laki lain yang tidak peduli fase-fase seksualitas wanita. Ia ingin dilayani juga sebagai makhluk yang juga memiliki nafsu. Selama ini, yang ia alami hanya melayani keinginan laki-laki tanpa ada balasan dari laki-laki itu.

Tapi kekhawatirannya segera lenyap saat Andi menyambut bimbingan tangannya dan mulai aktif menggerayangi daerah kewanitaannya. Dimulai dengan usapan lembut di atas daerah vaginanya yang masih tertutup dua lapisan, celana dan celana dalam. Dilanjutkan gosokan sedikit keras yang menekan alat genitalnya. Sekali lagi, saat Andi menyentuh paha bagian dalamnya, darahnya berdesir kencang, nafsunya semakin melonjak.

Aliran darah seketika seperti mengalir deras di tengah-tengah selangkangannya. Andi pun tak mau berlama-lama menunggu. Sekali tarik, ia meloloskan celana pendek dan celana dalam yang membuat Lira makin tak berdaya telanjang bulat. Tangan Andi mulai mengusap-usap klitoris dan bagian luar vaginanya. Rasanya seperti melayang setiap sapuan jemari Andi mengenai alat kelaminnya itu. Dipadu permainan lidah di putingnya, Lira semakin lemah tak berdaya. Lututnya terasa lemas yang membuat Andi semakin mudah menjelajahi daerak kemaluannya karena menjadi terbuka.
Tak tahan melakukannya sambil berdiri, Lira memundurkan tubuhnya dan menjatuhkan badannya ke ranjang. Lututnya ditekuk dan kedua pahanya ia buka lebar-lebar. Andi melepas sendiri kaus yang dikenakannya dan tak menyia-nyiakan pemandangan indah bibir-bibir vagina berwarna coklat muda yang terpampang di depannya. Bulu-bulu kemaluan Lira sangat terawat karena terlihat dari cukuran yang rapi. Bulu-bulu itu hanya tersisa di atas klitoris dan panjangnya tidak ada yang melebihi satu milimeter.

Sambil memeluk pinggang Lira dengan tangan kiri, ia mulai memainkan jari kanannya di seluruh permukaan kewanitaan Lira. Pengalaman dengan Lina mengajarkannya untuk tidak langsung memasukkan jari ke dalam vagina. Ia lebih mementingkan usapan di klitoris. Dengan ibu jari dan jari tengah, ia membuka kulit penutup klitoris. Jari telunjuknya mulai meraba-raba permukaan klitoris yang menyembul berwarna merah muda. Lonjakan pantat Lira terasa kuat setiap ia mengusap klitoris itu dibarengi erangan keras dari mulut Lira. Lira meremas-remas sendiri buah dadanya. Ia menahan kenikmatan luar biasa yang dirasakannya.

Puas jemarinya memainkan klitoris Lira, lidahnya mulai bergabung. Setiap jilatan sanggup membuat Lira menjerit. Kedua pahanya berusaha menjepit kepala Andi yang membuat Andi semakin ganas memainkan lidahnya. Sesekali permainan itu ia gabung dengan isapan keras klitoris Lira. Tak usah ditanya reaksi Lira karena perempuan muda itu semakin berisik mengeluarkan erangan dari mulutnya.
Rasanya memang gila permainan mereka, karena jika erangan Lira terdengar sampai keluar, entah apa yang akan terjadi.

Andi sudah mengarahkan lidahnya turun menuju vagina Lira ketika Lira menahan tubuh Andi dan bangkit meraih kancing celana Andi dan melepasnya. Bersama celana dalam, satu sorongan ke bawah langsung menjulurkan batang kemaluan Andi yang sudah mengacung sejak tadi. Lira tahu, apa yang mereka lakukan adalah perbuatan bersama dan kini gilirannya membelai, mencium, menjilat, dan meremas milik Andi. Tak canggung ia menggenggam penis Andi yang mengacung keras. Kedua tangannya mengenggam bersama, terasa besar dan penuh penis itu memenuhinya.

Satu kocokan, kini giliran Andi yang terpaksa memejamkan mata merasakan nikmatnya genggaman tangan halus nan hangat itu. Dari bawah, Lira melirik ke atas dan tersenyum kepada Andi yang berlutut di kasur. Ia paham arti senyum balasan Andi. Tanpa berlama-lama lagi, ia lumat batang tersebut di dalam mulutnya. Sedikit gigitan, ia jilat seluruh permukaannya yang mengkilat itu. Urat-urat di sekujur penis Andi semakin membuat nafsunya memuncak. Ingin rasanya segera merasakannya merayap di dinding vaginanya. Andi terengah merasakan isapan dan kulumannya. Masih ada sedikit rasa dongkol pada Lina, kenapa temannya itu yang bisa mendapatkan laki-laki yang mampu menggetarkan hati setiap wanita itu. Di tengah usahanya memasukkan seluruh batang kemaluan Andi kemulutnya, Lira hampir tersedak karena ujung kemaluan Andi menyentuh pangkal rongga mulutnya sementara di luar masih tersisa. Ia semakin bernafsu mengulum penis ini. Pelan tapi pasti ia keluar masukkan penis itu di mulutnya. Lidahnya ia sentuhkan ke ujung penis yang kokoh itu. Ia paham laki-laki amat senang diperlakukan seperti itu. Terlihat dari paha Andi yang semakin terbuka membuat penisnya makin mengacung kencang. Seketika ia melihat penis Andi, Lira langsung merasakan rangsangan semakin besar dalam dirinya. Tanpa ragu ia berusaha memberikan pelayanan sempurna pada Andi, laki-laki yang sanggup membuatnya panas dingin meski hanya beradu pandang. Ia ingin Andi merasakan kenikmatan terdalam pelayanan perempuan.
Lira memang tidak salah karena Andi pun mulai merasakan apa yang diharapkannya. Baru kali ini Andi merasakan perlakuan total perempuan selain Lina terhadap dirinya. Apalagi saat Lira mulai menjilati dan mengulum kantung buah zakarnya. Semuanya terasa berbeda, benar-benar sensasi yang memabukkan. Selain merasakan nikmatnya kuluman dan isapan Lira, pemandangan indah sekaligus ia dapatkan. Posisi Lira yang merangkak setengah menunduk membuat bongkahan pantatnya menjulang ke atas. Pasti nikmat membenamkan penisnya ke kemaluan Lira sekaligus menggenggam dan mengusap pantat yang padat dan berisi itu.

Lira merasa belum cukup ketika Andi menarik lengannya. Tapi, ia mengikuti saja keinginan pujaan barunya itu dan menyambut kecupan hangat Andi di bibirnya. Ia merebahkan tubuhnya sembari menarik Andi. Lira sudah tahu kelakuan laki-laki. Jika sudah menarik dan merebahkan tubuh perempuan berarti laki-laki itu sudah ingin melakukan penetrasi.

Namun, dugaannya meleset. Andi justru merebahkan badannya di sisi Lira. Berbaring miring, Andi mengisap lagi buah dadanya. Lira semakin kagum akan laki-laki yang satu ini, benar-benar penuh kendali diri. Ia semakin kaget ketika jemari Andi mulai bermain lagi di sekitar kemaluannya. Kali ini usapannya sedikit keras dan cepat menggosok klitorisnya. Lira menggelinjang menerima perlakuan Andi. Benar-benar laki-laki penuh misteri, pikirnya.

Laki-laki sempurna, pikir Lira menyadari betapa beruntungnya ia berhasil mendapatkan Andi seperti sekarang. Bisa mendapatkan lagi sesuatu yang dulu hilang direnggut kejamnya Dani terhadap dirinya. Kalau saja ia tahu Dani hanya mempermainkannya saat itu, tidak akan ia mau menyerahkan semua kehormatannya kepada laki-laki brengsek pengecut itu. Rasanya muak hatinya mendengar semua orang membicarakan perkawinan Dani saat ia baru dua bulan memadu kasih dengan laki-laki keparat itu.Untung Boy hadir sebagai penyelamat. Ia sayang pada laki-laki ini, tapi kadang perasaannya tak tega melihat kebaikkan hati Boy.

Tapi kali ini ia ingin total merasakan kehangatan Andi. Kekagumannya membuat ia semakin senang akan apa yang dilakukan Andi padanya saat ini. Menikmati usapan jemari Andi yang cepat itu membuatnya ia sanggup melupakan semua pikirannya pada dua laki-laki yang telah sempat mengisi relung hatinya.

Di tengah lonjakan-lonjakan kecil menikmati permainan Andi, tiba-tiba ia merasakan sekujur tubuhnya sebuah rambatan energi tiada tara yang membuat sejenak dirinya seperti melayang. Suara-suara di sekitarnya seketika seperti lenyap, hanya terasa desiran tiada tara yang membuat tubuh sempat terbujur kaku sejenak dan berikutnya terlonjak-lonjak demikian kuat yang semakin lama semakin melemah frekuensi dan intensitasnya. Matanya terpejam, ia baru saja merasakan sensasi terbesar yang belum pernah sekalipun ia rasakan dengan laki-laki lain. Liang vaginanya pun terasa berdenyut lebih kuat dan saat semuanya belum mereda, Andi sudah menindih tubuhnya. Ia bisa merasakan bobot tubuh Andi terutama di bagian bawah pinggangnya. Tangan Andi sudah tegak di sisi buah dada Lira kekar menopang badannya sendiri. Ia bisa merasakan bagian tubuh bawah Andi bergerak-gerak berusaha mengarahkan acungan penisnya. Lira pun langsung meraih penis nan kokoh itu dan membimbingnya ke ujung vaginanya.

Andi tersenyum dan Lira membalasnya dengan senyuman manis diiringi anggukan penuh kepasrahan tanpa paksaan. Terasa Andi mendorong kuat pantatnya dan Lira juga bisa merasakan rengsekan batang kemaluan Andi di dinding vaginanya. Sungguh halus dan penuh perasaan Andi memasukkan penisnya ke vagina Lira. Perlahan cairan di dalam vagina melumasi permukaan penis Andi. Tak ada rasa sakit sama sekali meski penis tersebut lebih besar ketimbang milik Dani dan Boy. Itu karena Andi melakukannya tanpa terburu-buru dan tanpa memaksa. Mulai terasa perih ia menarik kembali penisnya sedikit dan membenamkannya lagi sampai akhir seluruh penisnya dilumat vagina Lira. Sodokan pertama penis tersebut masuk seluruhnya sanggup menyentuh bagian dalam vagina Lira yang belum pernah tersentuh sebelumnya. Lira pun merasakan sekali lagi kenikmatan luar biasa itu. Apalagi, Andi tidak langsung memompa pantatnya cepat-cepat dan keras. Pertama masuk penuh, ia menahannya dan memandangi wajah Lira dan kali ini ditambah sebuah kecupan mesra. Lira seperti diawang-awang diperlakukan seperti itu. Ia merasa dirinya demikian berharga di hadapan Andi,

Andi sendiri merasa telah memenangi sebuah peperangan. Penisnya yang sudah bersarang di vagina Lira adalah sebuah tanda babak baru hubungannya dengan Lira yang tidak akan mudah dikembalikan seperti sedia kala. Bersatunya kedua tubuh mereka adalah sebuah ikatan emosi yang hanya bisa dirasakan oleh Andi dan Lira, tak seorangpun bisa merasakan itu.

Setelah itu, mulailah Andi menggerakkan pantatnya mengangkat dan menekan yang membuat penisnya keluar masuk bergesekan dengan liang vagina Lira. Hangat dan lembut bisa Andi rasakan lewat sekujur penisnya dari dalam vagina Lira.

Lira menyambut setiap gerakan Andi dengan jepitan dan gerakan kecil pantatnya. Dari mulutnya keluar erangan yang semakin lama semakin keras dan cepat berirama. Melihat Lira terpejam dan mengerang dengan mulut yang sedikit terbuka sambil mendongakkan kepala membuat Andi makin bernafsu. Lira semakin seksi dalam kondisi seperti itu. Lehernya yang putih dan guncangan kuat pada buah dadanya membuat Andi semakin ingin membenamkan penisnya dalam-dalam di vagina Lira. Apalagi setiap ujung penisnya menyentuh pangkal vagina Lira. Rasanya sungguh tiada tara. Derit ranjang mulai terdengar seiring semakin kuatnya sodokan Andi. Tapi mereka sudah tidak peduli. Lira bukan tidak menyadari seseorang pasti ada yang mendengar deritan tersebut di bawah. Apalagi kalau teman kost yang menempati kamar di bawahnya sedang berada di kamar. Tapi ia yakin semua temannya akan maklum.

Semakin kuat dan cepat sodokan Andi membuat Lira merasakan lagi desakan rasa luar biasa yang akan tiba. Ia hanya bisa mencengkram punggung Andi keras-keras ketika desiran itu semakin kuat dan mencapai puncak. Kepalanya benar-benar mendongak ke atas hingga kedua bola matanya hanya terlihat tinggal putihnya. Setelah sampai, sekali lagi ia merasakan tubuhnya ringan dan aliran darah mengalir deras ke arah vaginanya. Dinding vaginanya berdenyut kuat hingga Andi juga bisa merasakannya. Andi langsung menghentikan gerakannya membiarkan penisnya merasakan cengkraman kuat yang terjadi hanya beberapa detik itu. Tindakan Andi juga membuat Lira merasakan kenikmatan luar biasa. Kali ini terasa lebih nikmat karena denyutan vaginanya tertahan penis Andi yang sedang membenami kemaluannya itu. Semakin banyak saja kekaguman Lira pada Andi. Tahu kapan ia akan merasakan puncak kenikmatan dan menghentikan sodokan membuat Lira bisa merasakan sepenuhnya kenikmatan tersebut. Sebuah teknik bercinta yang baru kali ini Lira rasakan.
"Andi...,nikmat sekali...,"

Lira memeluk Andi kuat-kuat dan menciumi pipi dan pundak laki-laki itu. Sekali lagi Andi tersenyum membalas Lira.
"Enak?"
"Banget!" Jawab Lira singkat dan tegas.
"Gaya lain...?"
Lira langsung mengangguk dan menunggu aba-aba Andi gaya apa yang diinginkan Andi.

Andi membalik badan Lira dan mengangkat badan bagian bawah Lira dengan memeluk pinggang dari belakang. Lira langsung berdebar-debar begitu tahu Andi ingin melakukan gaya doggy. Missionari saja sudah sanggup mencapai pangkal vaginanya, apalagi doggy.

Tak menunggu lama Andi langsung memasukkan penisnya. Lira menunduk sambil menggigit bibirnya merasakan seluruh penis Andi terbenam makin dalam di vaginanya. Pantatnya terangkat tinggi yang membuat Andi semakin tak bisa mengendalikan birahinya. Kali ini Andi langsung mendorong dengan cepat dan Lira mengikuti irama dengan mendorong pantatnya ke belakang. Keduanya sama-sama merasakan kenikmatan yang lebih dalam.

Masuk hitungan belasan menit menyodok vagina Lira, belum ada tanda-tanda dorongan Andi melemah. Sebaliknya justru makin kuat, membuat Lira makin bernafsu. Tetesan peluh mulai membasahi keduanya, namun baik Lira dan Andi justru makin bersemangat. Lira, yang bisa dua kali beruntun merasakan kenikmatan puncak saat disodok Andi dari belakang justru semakin ingin merenguk terus kenikmatan itu. Pantat dan pinggangnya makin bergerak liar membuat Andi tak mampu menahan lenguhannya.

Tiba-tiba ganti Lira yang berinisiatif. Ia lepaskan penis Andi dari vaginanya dan mendorong Andi sampai terlentang. Ia langsung memanjat tubuh Andi dan duduk di atas acungan penis Andi yang masih kokoh berdiri. Melihat Lira bergerak naik turun, Andi tak kuasa untuk tidak meremas buah dada Lira yang terguncang-guncang. Telapaknya yang besar berusaha meraup seluruh permukaan buah dada itu, tapi tidak pernah berhasil. Remasannya makin kuat membuat Lira makin mempercepat gerakannya.

Sekali lagi Lira harus mengaku kalah. Karena meski ia telah mencoba berbagai goyangan yang dipadu dengan gerakan naik turunnya, justru ia yang kembali merasakan desakan kenikmatan dari liang vaginanya. Lira langsung ambruk menindih Andi yang sudah siap menerimanya dengan pelukan mesra dan kecupan hangat di ubun-ubunnya.
"Kamu kuat banget Ndi..."
"Kamu di bawah lagi ya...?"
Lira mengangguk lemah dan menggulingkan badannya ke sisi kanan Andi.

Sebelum Andi memasukkan lagi penisnya ke vagina Lira, Lira memberikan sesuatu yang belum pernah ia lakukan pada laki-laki manapun yaitu memasukkan penis tersebut ke mulutnya. Sebelumnya ia tidak mau mengulum penis yang sudah masuk ke vaginanya. Tapi, untuk Andi, yang telah memberikannya kenikmatan tiada tara, ia lakukan itu.

Puas mengulum dan menjilati penis yang dipenuhi lendir sisa persetubuhan mereka, Lira kembali merebahkan dirinya dan menyuruh Andi memulai lagi aksinya. Andi langsung bergerak dan dorongan seperti saat pertama mereka memulainya yaitu perlahan dan terus semakin lama semakin kuat dan cepat. Lira sudah pasrah kalau ia harus sekali lagi merasakan orgasme, tapi baru ia berpikirbegitu, tiba-tiba sodokan Andi terasa lebih keras dari sebelumnya. Sesaat kemudian Andi mengerang panjang dan menyodokkan penisnya sangat kuat beberapa kali. Lira pun bisa merasakan hangatnya muncratan sperma Andi di dalam vaginanya. Andi masih terus menyodok terputus-putus dan semakin melemah. Sperma Andi juga Lira rasakan mengalir keluar setiap Andi menyodokkan lagi penisnya. Setelah benar-benar selesai, Andi pun ambruk menindih Lira. Andi terdiam sesaat di atas buah dada idamannya itu merasakan betapa nikmat persetubuhannya dengan Lira.

Lira mengusap lembut kepala Andi penuh kehangatan.
"Puas Ndi...?"
Andi hanya mengangguk. Badannya terasa lemas. Lira tersenyum bahagia mendapatkan jawaban Andi. Paling tidak, tekadnya membuat Andi merasakan kenikmatan tertinggi berhasil ia lakukannya.
"Lir, nikmatnya benar-benar ngga ada yang nyamain..."
"Kamu juga hebat Ndi. Baru kali ini aku ngerasain orgasme...."

Keduanya pun duduk berdampingan di sisi ranjang. Lira merebahkan kepalanya di pundak Andi. Sambil membakar rokok, Andi merangkul Lira. Keduanya hanya bisa terdiam dan sama-sama tidak percaya apa yang baru saja terjadi di antara mereka.

Lira masih tidak percaya ia telah melakukan hubungan seks dengan Andi, pacar Lina, teman satu angkatannya. Meski ia memang sudah kagum pada Andi sejak pertama berkenalan, tapi akhirnya sampai berhubungan intim dengan Andi, adalah sesuatu yang tidak terbayangkan sebelumnya.

Andi, walaupun ia juga tertarik pada Lira diawali oleh ketertarikan fisik, tetap saja apa yang baru saja ia alami benar-benar di luar dugaannya. Apalagi Lira seperti menyambut keinginan terpendam Andi itu yang sebetulnya ia simpan dalam-dalam. Ia kenal Boy dan tahu bagaimana Boy selalu menerima sarannya dalam hal aktifitas di kampus. Ia juga tahu Boy sangat menghormatinya terutama sebagai senior meski beda fakultas.

Dalam diamnya, Lira tidak bisa membayangkan bagaimana marahnya Lina yang terkenal emosional di kampus. Serupa dengan Lira, Andi juga sulit membayangkan apa yang akan terjadi pada Boy jika ia tahu apa yang dilakukannya dengan Lira. Boy memang pendiam dan tenang, tapi Andi tahu Boy adalah orang yang keras.

Andi mengeratkan rangkulannya pada Lira. Lira pun membalasnya diikuti kecupan di bibir. Tapi Andi tak membalasnya yang membuat Lira bingung.
"Kenapa...?"
Andi menggeleng sambil tersenyum dan mengecup kening Lira dan mendekap Lira lebih dalam.
"Yuk ke kampus...," ajak Andi sambil melepas pelukannya.

Lira mengangguk sambil tersenyum. Berpakaian, kedua lantas keluar kamar bersikap biasa. Andi lebih dulu menuju motornya di lantai bawah.
"Bareng aja...," sahut Andi.
"Oke!"

Waktu saat itu menunjukkan pukul 4.15 sore. Keduanya tak sadar telah dua jam bercumbu dan berhubungan intim. Kalau sesuai janji, Andi sebetulnya sudah terlambat. Dan memang benar, saat tiba di kampus FH, anak-anak yang rapat sudah duduk-duduk di koridor kampus.
"Bareng Lira?" Tanya Lina tanpa curiga.
"Iya, tadi ketemu di jalan, ya sekalian aja."
"Tunggu bentar ya, 10 menit lagi."
"Oke, aku tunggu di sini ya."

Di tempatnya duduk, Andi melihat Lira berdiri di samping Boy. Boy masih sibuk membahas beberapa masalah dengan teman-temannya. Lira pun melirik ke arah Andi dan memberikan sebuah senyum yang manis. Keduanya memang harus kembali bersikap normal, tapi di hati kecil mereka, baik Andi dan Lira sama-sama berharap kejadian yang mereka alami terulang lagi. DIAMOND SLOT 

DIAMOND SLOT adalah games SLOT terpopuler di ASIA
DIAMOND SLOT menyediakan berbagai macam jenis SLOT dan TEMBAK IKAN
Cocok sekali dimainkan di waktu luang dan untuk membuang suntuk.
http://zsyl.org

#slot #aplikasi #game #gameonline #tembakikan #slotgame #bacarat #diamond #diamondslot #vietnamslot #asiaslot #zsyl

http://zsyl.org










Sunday, August 30, 2020

GANGBANG KAKAK TEMAN KULIAHKU ( INDONESIAN LANGUAGE )

 

DIAMOND SLOT
DIAMOND SLOT 

DEWI
ZSYL - Awal kisah ini bermula saat Dewi, adikku yang paling bungsu, akan mengerjakan tugas kelompok dengan teman-teman kampusnya di rumah. Dewi memang dikaruniai wajah yang cantik ditambah dengan dandanannya yang modis, sehingga tidak heran banyak teman-teman kampusnya yang naksir kepadanya, walaupun mereka tau kalau saat ini Dewi sudah memiliki pacar.

Hari itu aku yang sedang libur kerja bersantai-santai di rumah sambil bermain Handphone. Saat itu seluruh keluargaku, kecuali Dewi, sedang pergi ke Mal untuk membeli keperluan bulanan. Aku tidak berminat ikut dengan mereka karena sekarang sedang tanggal tua.

"Kak, Dewi keluar sebentar ya! Mau ke rumah teman dulu. Nanti kalau ada telepon dari teman Dewi yang namanya Benny, suruh langsung datang ke rumah aja. Dia mau ngerjain tugas kampus bareng Dewi" kata Dewi yang sudah terlihat siap mau pergi.

"Ok deh adikku yang cantik !" candaku.

"Makasih ya Kak" jawab Dewi sambil tersenyum kemudian bergegas pergi.

Tidak lama setelah Dewi pergi, telepon rumah berdering. Ketika aku angkat ternyata dari salah satu teman Dewi yang bernama Benny. Sesuai pesan Dewi, maka aku menyuruh Benny untuk langsung datang saja ke rumah. Sekitar 20 menit kemudian, kudengar ada suara ketokan di pagar depan rumahku. Setelah aku membuka pintu rumah untuk melihat siapa yang datang, ternyata ada 3 orang anak muda sedang berdiri di depan pagar rumahku.

"Maaf, mau nyari siapa ya?" tanyaku.

"Saya Benny, temen kampusnya Dewi. Dewinya ada Kak?" jawab salah satu dari mereka.

TITA
Ternyata Benny tidak datang sendirian, melainkan dengan dua orang yang kemudian aku tau mereka juga teman kelompoknya Dewi.

"Dewi masih di rumah temannya. Tunggu di dalam aja yah, mungkin sebentar lagi Dewi pulang " kataku mempersilahkan masuk.

"Makasih Kak" sahut mereka hampir bersamaan.

"Dasar Dewi! Temannya kok cowok semua sih" gumamku pelan saat mereka sedang membuka pintu pagar.

Setelah berkenalan, aku baru tau nama dua orang teman Dewi yang lain, yaitu Didit dan Erwin. Secara fisik, mereka berwajah biasa-biasa saja. Benny berkulit sawo matang, kurus, berambut cepak dan dekil. Sedangkan Didit dan Erwin tidak jauh berbeda dengan Benny, tapi mereka berkulit lebih hitam, keduanya berambut keriting. Menurutku mereka semua lebih mirip berandalan daripada mahasiswa. Walaupun aku tidak pilih-pilih dalam berteman, tapi aku jadi merasa risih dengan penampilan mereka.

"Kok Dewi mau sih berteman dengan mereka"pikirku dalam hati.

Sekedar berbasa-basi, aku menemani mereka ngobrol di ruang tamu. Pada awalnya obrolan kami hanya di sekitar kegiatan kampus mereka saja. Hari itu aku memakai kaos longgar warna krem tanpa bra dengan bawahan celana pendek ketat warna putih. Selagi mengobrol, terkadang aku menangkap mata mereka melirik ke arah payudara dan pahaku. Tapi karena mereka adalah teman-teman adikku, maka aku berpikiran positif saja. Apalagi usia mereka juga baru 18 tahunan, jadi masih anak kecil menurutku.

"Kok kakak nggak ikut pergi sama keluarga? Gak bosen di rumah sedirian ? tanya Erwin.

"Kakak lagi malas ikut. Lagian banyak godaan kalo liat barang-barang bagus. Kakak takut boros nih " candaku.

"Emang Kak Tita ngapain aja kalo lagi sendirian gini? Nggak takut ada orang masuk apa? Untung aja kami dateng ya. Jadi bisa jagain Kak Tita deh " kata Benny bercanda.

Aku menjawab dengan sedikit menggoda "Bener nih mau jagain kakak? Ya udah kalo gitu temenin kakak aja ya sampai Dewi pulang"

Mereka pun malu-malu mendengar jawabanku, mungkin karena mereka melihat wajahku yang seperti cewek pendiam, namun ternyata bisa juga menggoda mereka. Setelah saling pandang sejenak, mereka bertiga akhirnya setuju untuk menemaniku sampai Dewi pulang. Mungkin tadinya mereka merasa sungkan berlama-lama karena Dewi tidak ada di rumah, namun pikiran mereka berubah setelah aku bersikap ramah.

Aku kemudian menyuguhkan minuman dan kue ringan untuk mereka. Aku sempat merasakan mata mereka sedang melihat ke arah payudaraku yang tidak terbungkus bra saat aku sedang menunduk untuk menaruh mimuman di atas meja. Apalagi kaos yang aku pakai saat itu longgar, sehingga pemandangan tersebut pasti membuat mereka menelan ludah. Tapi aku masa bodoh dengan hal tersebut.

Setelah lama berbincang, ternyata mereka semua orangnya ramah dan enak diajak ngobrol mulai dari topik yang ringan sampai obrolan-obrolan yang agak serius. Sambil makan dan minum kami mengobrol dan bercanda panjang lebar.

Sedang asyik-asyiknya mengobrol, aku mendengar bunyi SMS masuk ke HP-ku. Ternyata dari Dewi yang berisikan dia akan pulang sekitar 2 jam lagi, karena masih ada urusan dengan temannya. Setelah memberitahu ke Benny, Erwin dan Didit, ternyata mereka tidak keberatan untuk menunggu selama itu. Kemudian kami melanjutkan obrolan yang sempat terputus.

Di tengah obrolan Benny bertanya "Kalo kakak pacaran ngapain aja sih?"

"Kayak orang pacaran biasa aja. Paling nonton sama makan aja " jawabku.

"Bukan itu maksud Benny Kak. Maksudnya sampai sejauh mana pacarannya? "tanya Benny lagi yang sepertinya belum puas dengan jawabanku barusan.

"Oh itu maksud kamu Ben? Kalau kakak sih pacarannya paling sampai sebatas ciuman aja. Hayoo pasti kamu udah mikir yang macam-macam ya!  "aku sengaja berkata seperti itu agar membuat mereka menjadi salah tingkah.

Benar saja seperti dugaanku tadi, begitu mendengar jawabanku barusan wajah mereka pun mulai memerah karena malu. Kemudian karena takut aku marah akibat pertanyaan Benny tadi, mereka semua hanya tertunduk tanpa berani berbicara sepatah kata pun. Suasana ruangan yang tadinya ramai oleh obrolan kami berempat mendadak menjadi sepi. 

"Kak Tita, bosen nih ngobrol sambil makan doang. Boleh nonton DVD nggak? Kebetulan Didit bawa Film bagus neh "kata Didit memecah kesunyian.

Boleh aja ! Kakak juga suka nonton Film. Yuk kita nonton di ruang tengah kataku tanpa curiga DVD apa yang Didit bawa.

Akhirnya kami berempat duduk di sofa ruang tengah untuk siap-siap menonton. Ternyata begitu DVD diputar, aku sempat kaget karena ternyata Film yang Didit bawa adalah Film porno. Namun aku tetap tidak beranjak dari tempat duduk karena adegan-adegan di film tersebut membuat aku penasaran. Ruang tengah itu menjadi hening karena semua terpaku pada layar TV. Walaupun aku sedang serius menonton, namun aku sadar kalau mata mereka melirik ke arah pahaku. Setelah kira-kira 45 menit lamanya, Film itu pun berakhir.

"Kakak serius banget sih nontonnya tadi?" ledek Benny.

"Kayak kamu nggak serius aja Ben!" aku membalas ledekan Benny sambil tersenyum.

Kemudian aku bertanya iseng kepada mereka "Kalian bertiga pernah nggak melakukan kayak di Film tadi?"

Mereka semua menggeleng dan berkata "Belum Kak. Emangnya Kak Tita udah pernah?" tanya Didit penasaran.

Tanpa terlebih dahulu menjawab pertanyaan Didit, aku menyuruh Benny dan Didit yang duduk mengapitku agar lebih mendekat kepadaku. Sedangkan Erwin yang duduk paling ujung, aku suruh duduk di depanku.

Setelah mereka semua mengelilingiku, aku berkata "Mau nggak kalian Kakak ajarin supaya jadi pria dewasa?"

"Ma-maksud Kak Tita apa sih?" tanya Didit dengan gugup.

"Begini maksud Kakak " kataku sambil meraih tangan Didit dan Benny lalu ditaruh di kedua payudaraku.

Mereka berdua tampak kaget sekali waktu itu.

"Kak, kalo Dewi tiba-tiba pulang gimana dong?" kata Benny khawatir.

"Dewi pulangnya masih sekitar 1 jam lagi kok " jawabku menenangkannya.

Kemudian aku meraih tangan Erwin dan meyuruhnya meraba-raba di sekitar paha dan kemaluanku. Aku yang masih berpakaian lengkap menikmati saat Benny dan Didit meraba-raba payudaraku. Aku dapat merasakan putingku mulai menonjol karena sudah terangsang.

Sekarang Erwin berusaha menarik lepas celana pendekku sedangkan Benny membuka kaosku. Jadi sekarang tubuhku hanya dibalut celana dalam warna putih transparan. Terlihat jelas lekukan garis kemaluanku yang tanpa bulu itu.

Payudaraku yang berukuran kecil namun padat serta putingnya yang kecoklatan itu membuat nafsu Benny bangkit, tanpa diperintah lagi dia mengulum puting kiriku, sementara puting kananku dikulum Didit. Erwin membuka lebar pahaku dan mengelus-elus belahan di tengahnya yang masih tertutup celana dalamku. SLOT ONLINE

Lidah Benny mulai naik ke leher, pipi hingga akhirnya aku berciuman dengannya. Aku lalu membuka mulut membiarkan lidah Benny bermain-main di dalamnya. Aku pasrah saja mengikuti irama tarian lidah Benny sambil memejamkan mata. Permainan lidahnya benar-benar membuat sesak nafasku. Benny mulai terangsang, kurasakan dari nafasnya yang kacau.

"Enak nggak ciuman sama Benny Kak?" tanya Benny di sela-sela berciuman denganku.

Aku yang sedang kesibukan melayani serangan lidahnya, hanya menjawab dengan anggukan. Sementara itu tanganku mulai membuka resleting celana jeans milik Benny lalu masuk ke celana dalamnya.

Batang kemaluan Benny yang sudah tegang sejak tadi seakan-akan mau meledak saja begitu tanganku mulai mengocoknya. Didit yang duduk di sebelah kanan masih terlihat menikmati payudaraku, sedangkan tangannya mulai masuk ke dalam celana dalamku. Sehingga sekarang kemaluanku sedang dimainkan oleh Erwin dan Didit. Aku merasakan celana dalamku juga sudah mulai basah oleh cairan vaginaku.

"Aaaaahhh  Kaliaaan hebaaat bangeet sihh! Padahaaal kaliaaan bilaang beluuum pernaaah ngelakuiiin  Aaaaahhh ! desahku yang semakin menikmati permainan mereka.

Mereka semua menyeringai mesum menikmati ekpresi wajahku yang telah terangsang. Tak lama kemudian aku melihat Erwin mulai melepas celana dalamku sehingga sekarang tubuhku sudah dalam keadaan telanjang. Ketiganya terlihat berdecak kagum serta jakun mereka naik turun melihat tubuhku yang sudah polos tanpa sehelai benang pun. Lelaki normal mana pun pasti akan tergiur oleh tubuhku yang mulus karena sering aku rawat dengan teratur.

Tangan-tangan kasar mereka mulai bergerilya lagi di sekujur tubuhku. Tubuhku bergetar merasakan sensasi nikmat yang melandaku. Seperti sudah direncanakan, Benny sekarang meraba-rabai tubuh bagian atasku, sedangkan Erwin dan Didit kelihatannya lebih tertarik pada bagian bawahku.

"Gue demen banget sama memeknya Kak Tita. !! kata Erwin yang disambut tawa teman-temannya.

Erwin kelihatan sangat menikmati menggesekkan jari-jarinya pada bibir vaginaku yang sudah dalam keadaan sangat basah. Didit yang tadi hanya mengelus-elus pahaku menjadi tertarik untuk ikut merabai vaginaku. Hal tersebut tentu saja membuat nafasku semakin memburu. Tak cukup puas hanya memainkan vaginaku dengan jari, sekarang Erwin dan Didit mulai menjilati paha dan vaginaku bergantian. Kemudian aku mulai merasakan daging kecil di dalam vaginaku sedang dijilat, dihisap bahkan hingga digigit kecil oleh mereka.

Ulah mereka berdua membuatku berkelejotan " Ohhh Ja-jangan kayak gitu Kakaaak geliii nih !! Aaaaaaahhh "

Tanpa memperdulikanku kata-kataku tadi, Erwin dan Didit terus mempermainkan vaginaku.

"Ooohhh Oooooooohhh Enaaakk Aaaaaaah" aku hanya bisa mendesah pasrah.

"Baru pernah ngerasain yang kayak gini ya Kak? "ejek Benny sambil terus meremas payudaraku.

"Aaaaaaaaaaahhh "tanpa menjawab pertanyaan Benny aku terus mendesah merasakan rangsangan pada seluruh otot-otot vaginaku.

Karena sudah dilanda birahi tinggi, aku yang ingin melanjutkan permainan ini ke tahap selanjutnya, aku berbaring telentang di lantai ruang tengahku.Erwin yang belum menikmati payudaraku mulai mengulum benda itu, sedangkan aku sendiri memainkan buah zakar Didit dengan tanganku.

"Eeeemmhh" aku mendesah ketika merasakan pahaku dibuka lalu disusul rasa geli bercampur nikmat pada vaginaku.

Ternyata kini giliran Benny menjilati kemaluanku. Ia membenamkan wajahnya pada selangkanganku dan mulai menjilati vagina yang masih rapat dan tanpa bulu itu dengan rakus. Kedua jarinya merenggangkan bibir vaginaku sehingga terkuaklah bagian dalamnya yang merah dan berlendir itu. Darahku semakin berdesir merasakan lidah kasar Benny mengais-ngais vaginaku, terlebih lagi ketika lidah itu menyentuh klitorisku.

"Eehhhhmm Wa-wangi banget memek Kakak Sluuurpp " puji Benny sambil terus menjilat vaginaku yang terawat dengan baik.

"Enak kan Ben? Rasa memeknya Kak Tita emang top banget deh !! kata Erwin setuju dengan ucapan Benny.

Benny membuka pahaku lebih lebar sehingga ia semakin leluasa menjilat dan menghisap bagian tubuhku yang paling sensitif itu. Aku semakin larut dalam birahi akibat perlakuan Benny, karena ia tidak hanya memainkan lidahnya saja di liang kenikmatan itu, namun jari-jarinya pun ikut bermain disana. Benny menyentil-nyentilkan lidahnya pada klitorisku dan menyebabkan aku menggelinjang nikmat.

"Bener-bener memek yang mantep!! Pantesan aja kalian berdua doyan banget mainin memeknya Kak Tita "kata Benny kepada teman-temannya.

Tidak lama dipermainkan seperti itu aku pun merasakan orgasme mulai melanda tubuhku.

"Ehhhmmmmm Enaaak Teruuusss Ben Kakaaak U-udaaah pengeeeen  Keluaaaaaar Aaaaaaah " desahanku semakin tidak karuan.

Vaginaku mulai berdenyut-denyut hingga akhirnya "Sssssrrrr" keluarlah cairan bening yang hangat dari vaginaku diiringi dengan menegangnya seluruh tubuhku.

"Mmmhhh Aaaaaaaah Eeeeengghh Aaaaaaaaahh " aku mendesah sejadi-jadinya melepaskan perasaan nikmat yang melandaku.

"Sluuurrpp Sluurrpp Gurih banget memeknya Kak Tita Sluuurrp Nyaaam" kata Benny sambil terus menghisap cairan yang sudah membasahi liang kewanitaanku sampai benar-benar bersih.

Saat sedang menikmati permainan Benny pada vaginaku dan disertai hisapan Erwin pada payudaraku, Didit yang sedang kumainkan penisnya tiba-tiba berkata "Kak Tita, sepongin kontol Didit dong! Jangan cuma dipegang-pegang doang"

Tanpa ragu lagi, aku menuruti saja apa yang diperintahkan oleh Didit. Tanganku mulai menarik penisnya yang sudah mengacung keras mendekati mulutku. Kepala penis milik Didit sekarang sudah terlihat merah kehitaman karena sudah sangat tegang. Aku mengeluarkan lidah dan mulai menyapukannya perlahan ke kepala penis Didit sambil tanganku juga ikut aktif mengocok-ngocoknya.

"Eeeemm I-yaah E-enaaak Kak I-yah teruuuus kayak gitu " erang Didit sambil tangannya mulai membelai-belai rambutku.

Mataku melirik ke wajah Didit untuk sekedar melihat reaksinya serta menambah sensasi permainanku. Namun ternyata Didit yang tidak mampu untuk memandangku mataku lama-lama.

"Uuuuuh E-enaaaak bangeeet disepongin Kak Titaaa Aaahh!" kata Didit sambil sedikit mendesah karena jilatanku.

Mungkin karena sudah tidak tahan, Didit ikut mendorong penisnya hingga hampir seluruhnya masuk ke dalam mulutku.

Eeeeemmmmhh ! desahku tertahan dengan mata membelakak kaget.

Benda itu terasa sangat menyesakkan di mulutku yang mungil, belum lagi aromanya yang tidak sedap itu. Sepertinya bau penis Didit memang tidak sedap seperti penampilan luarnya. Namun aku tetap saja aku terus menggerakkan lidahku dan melakukan hisapan-hisapan kecil pada penisnya.

"Kakak emang doyan ngisep kontol yah? Kak Tita suka kan sama kontol saya. Hehehe " ejek Didit yang membuatku tersipu malu.

Aku sepertinya sudah mulai sedikit beradaptasi dengan bau penis Didit yang telah bertengger sekitar 5 menitan di mulutku. Mulanya memang Didit yang memaju-mundurkan penisnya di mulutku seperti sedang menyetubuhinya, namun kini aku yang memaju-mundurkan sendiri kepalaku sambil menghisap penisnya.

"Kak Tita jago banget sih nyepongnyaaaa  Ehhhhmm !  gumam Didit keenakan.

Didit nampak sangat menikmati penisnya dikulum oleh aku. Sekitar 10 menit merasakan hisapanku pada penisnya, ia melepaskan penisnya dari mulutku.

"Jangan dikeluarin dulu ya Kak. Nanti aja biar lebih seru" kata Didit.

"Masukin penis kalian ke vagina Kakak dong" karena sudah tidak tahan dirangsang seperti ini akhirnya aku memohon supaya diantar ke puncak kenikmatan oleh mereka.

Benny yang berada paling dekat dengan liang senggamaku langsung mengambil inisiatif, dia menaikkan kedua kakiku ke bahunya seperti gaya di film tadi. Perlahan-lahan Benny mulai memasukkan batang kemaluannya ke liang kewanitaanku yang sudah tidak perawan lagi.

"Oooohh, Ayo Ben puasin kakak!! Ka-kakak udah gak tahan lagi. Aaahh" teriakku.

"Kakak masih perawan ya? Kok masih sempit banget sih?" tanya Benny.

Selama beberapa waktu aku bersetubuh dengannya sampai akhirnya aku merasakan sudah akan mencapai orgasme untuk kedua kalinya.

"Terus Ben Aaaaaah Kakak mau keluaaaaarr !! desahanku semakin menjadi ketika gelombang orgasme itu kembali menerpa.

Sambil melepas kulumanku pada batang kemaluan Didit, aku mengerang panjang "Aaaaaaaaaaaaaahhhhhh"

Tubuhku menegang menekuk ke atas, tanganku meremas kencang rambut Erwin yang sedang menjilati payudaraku, pertanda aku sudah mencapai orgasme. Tubuhku menggelinjang dahsyat merasakan nikmat yang melebihi orgasme sebelumnya. Yang datang kali ini adalah multiorgasme sehingga tubuhku berkelejotan tak terkendali, sungguh luar biasa seperti melayang ke surga saja rasanya.

Saat itu Benny yang belum mencapai klimaks melanjutkan hujaman-hujamannya terhadap liang vaginaku.

Sekitar 5 menit kemudian barulah ia berteriak "Benny udaaah pengeeenn keluaaaar Kak !!"

Lalu Crooot Croooot aku dapat merasakan cairan dari penis Benny membanjiri vaginaku.

"Aaaaaahh Enaaaaaaknya" lenguh Benny sambil menekan dalam-dalam penisnya yang menyemburkan sperma

Aku benar-benar lelah setelah mencapai orgasme. Sekilas aku melihat Benny beristirahat dan hanya menonton kedua temannya sedang bermain dengan tubuhku. Kali ini Didit memintaku untuk melakukan doggy style, batang penisnya dimasukkan ke dalam vaginaku lewat belakang, sedangkan Erwin yang berada di bawahku sibuk bermain dengan payudaraku. Badanku bergerak maju mundur mengikuti gerakan keduanya.

"Ahhh Yaaa Teruuuus lebih dalam lagi Uuhhh Uuhhh Diiiitt !! Kamu hebat banget! Aahhh!" seluruh ruangan itu dipenuhi suara eranganku.

Sesaat kemudian Didit melepas batang kemaluannya dan berpindah ke depan wajahku. "Kak buka mulutnya! Aku udah mau keluar nih"

Dan tidak lama kemudian "Croot  Croot " sperma Didit membasahi mulut mungilku. Aku menelan semua spermanya dan membersihkan yang tertinggal di bibirku. Namun tidak itu saja, dengan cepat aku meraih batang kemaluan Didit yang masih berlepotan itu lalu aku kulum dan menjilatinya sampai bersih dari sisa spermanya.

"Aduh Kak Tita ganas banget sih! Emang rasanya enak ya? Sampe napsu banget kayak gitu?" tanya Didit penasaran.

Tanpa menjawab aku terus mengulum batang kemaluan itu dengan rakusnya seperti binatang yang sedang kehausan. Sementara itu Erwin yang masih berada di bawahku pun meminta giliran untuk dihisap kemaluannya. Hanya bertahan 10 menit, Erwin sudah mencapai klimaks. Dia juga membuang air maninya di dalam mulutku. Setelah selesai, tubuhku terkulai lemas dengan kepalaku di atas penis Erwin. Dengan nafas terengah-engah, Erwin memuji keahlian oral seks-ku. Rupanya dia baru mengalami orgasme hebat.

Benny yang sudah memulihkan tenaga mengatur posisiku dan menyelipkan bantal kursi agar aku dapat menyandarkan kepalanya di karpet.

"Ben, kamu mau bikin posisi apa lagi sekarang?" tanyaku.

Lantas Benny berlutut di tengah badanku dan menggesek-gesekan batang kemaluannya di antara payudaraku itu. Aku kemudian mulai mengocok penisnya di daerah itu. Sementara Erwin yang dari tadi belum sempat merasakan bersetubuh denganku, terlihat sedang menikmati sempitnya liang kewanitaanku. Dia merentangkan kedua paha mulusku dan menancapkan batang kemaluannya dalam-dalam, sementara itu aku juga mengulum batang kemaluan Didit di sampingnya. Dirangsang 3 orang sekaligus seperti itu tentu membuat birahiku bangkit kembali.

Dalam waktu kira-kira 15 menit kemudian akhirnya Benny menyiram wajahku dengan air maninya, ditambah lagi dalam waktu bersamaan Didit pun turut mengeluarkan spermanya di dalam mulutku. Tidak lama berselang setelah itu Erwin ejakulasi di atas payudaraku.

Saat itu tubuhku benar-benar basah kuyup oleh keringat dan sperma, aku merasakan kenikmatan yang luar biasa dari 3 orang sekaligus. Aku menyeka sperma yang membasahi dada dan wajahku dengan jariku, lalu aku jilati dengan rakus.

Benny tiba-tiba bertanya "Kakak kok seneng banget sih minum peju? Emang rasanya enak ya Kak?" tanya Benny dengan wajah bingung.

"Kira-kira rasanya kayak kamu minum cairan dari vagina Kakak aja " jawabku menerangkan dengan singkat.

Tubuhku benar-benar lelah setelah bercinta dengan mereka, mungkin karena aku dikerubuti 3 orang sekaligus, ditambah kami bersetubuh hingga berkali-kali. Sambil beristirahat aku sempat menyuruh mereka untuk tidak menceritakan hal ini kepada siapapun, terutama kepada adikku Dewi. Tidak terasa, waktu saat itu telah menunjukkan pukul 12 siang. Kami pun bersiap-siap mandi, karena sebentar lagi Dewi akan pulang. 

Untung saja, karena tidak lama setelah kami semua dalam keadaan bersih sehabis mandi, Dewi pun pulang. Mereka mulai mengerjakan tugas kelompok mereka seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Aku tersenyum-senyum sendiri karena tidak yakin apakah mereka bisa konsentrasi belajar atau tidak setelah mengalami kejadian nikmat bersamaku tadi.

Karena sudah didera kelelahan yang amat sangat, aku pun pamit kepada mereka untuk masuk ke kamar tidur. Sekilas aku dapat melihat wajah mereka yang lelah sekaligus puas, tersenyum penuh arti kepadaku. Dan mungkin setelah selesai mengerjakan tugas kampus ini, mereka akan merencanakan untuk " belajar kelompok " bersama aku lagi. DIAMOND SLOT 

DIAMOND SLOT adalah games SLOT terpopuler di ASIA
DIAMOND SLOT menyediakan berbagai macam jenis SLOT dan TEMBAK IKAN
Cocok sekali dimainkan di waktu luang dan untuk membuang suntuk.
http://zsyl.org

#slot #aplikasi #game #gameonline #tembakikan #slotgame #bacarat #diamond #diamondslot #vietnamslot #asiaslot #zsyl




Saturday, August 29, 2020

SINTA TEMAN KOST KULIAHKU ( INDONESIAN LANGUAGE )

 

DIAMOND SLOT 

ZSYL - Sinta. Dia adalah teman sekampus gua yang berbeda fakultas, selain itu dia juga teman satu kost. Tingginya kira-kira 160 cm, umur 21 tahun, keturunan Chinese, rambutnya panjang sebahu lebih. Sifatnya yang periang dan lucu membuatnya mudah dekat dengan orang lain. Namun Sinta ini agak nakal, sehingga tidak heran ketika umur 16 tahun sudah kehilangan keperawanannya, dan ngakunya sudah 3 kali pacaran. Dua kali pacaran di SMA yang berumur pendek, dan saat kejadian ini dulu sedang jalan sama yang ketiga gak lain sama teman gua yang sedang belajar di luar negri.

Saat itu Sinta baru pulang dari rumah sakit setelah beberapa hari lamanya menginap di sana akibat jatuh dari tangga kampus. Walaupun sudah keluar rumah sakit, tapi kaki kirinya masih diberi obat dan belum dapat berjalan dengan benar, sehingga harus dibantu dengan tongkat. Ya, selama masa-masa itulah dia menjadi 'ratu' di kost kami, beberapa keperluan seperti makan dan urusan beli membeli dibantu oleh teman-teman kostnya termasuk gua

Suatu malam gua baru belanja di mini market dekat kost, sekalian ngebelikan juga barang-barang titipan Sinta. Waktu itu sudah hampir jam 9 malam, tapi kamar Sinta masih menyala, maka gua menyempatkan diri berkunjung ke sana sekalian menyerahkan barang-barang titipannya.

"Masuk aja, belum dikunci kok..!" sahut suara dari dalam ketika pintu kuketuk.

Sinta sedang duduk di ranjang sambil nonton TV, "Eh, ben tolong sekalian ambilin rokok gua di laci meja dong..!" pintanya.

Kuberikan sebungkus rokok itu padanya dan dia menyulutnya sebatang.

"Masih melek juga lu Sin, ngga ngantuk nih..?"

"Ya gimana bisa ngatuk, hampir seharian di ranjang melulu kok, lu kok baru dateng sekarang sih, gua BT banget nih, acara TV-nya pada garing lagi, uuhh.., sebel..!" gerutunya.

"Kan gua sibuk Sin, temen-temen lain kan tadi juga banyak yang main ke sini kan."

"Iya, tapi kan sepi kalo ngga ada lu buat temen ribut." jawabnya sambil tersenyum nakal.

Kami akhirnya ngerumpi macam-macam sampai tidak terasa sudah lebih dari jam 10 malam, dan Sinta sudah menghabiskan 2 batang rokok.

Sebelum dia hendak mengambil kotak rokok untuk mencabut batang yang ketiga, gua daului dan berkata, "Udah Sin, ini udah ketiga loh, lagi sakit gini kok makan asap terus sih, mau cepet mati yah..?"

"Aahhh.., kok gitu sih, gua di rumah sakit ngga boleh ngerokok nih, kembaliin sini..!"

"Jangan ah Sin, ngga baik, lu kan belum sembuh betul..!" kata gua sambil mengoper ke tangan yang satu lagi, sehingga kotak rokok itu makin menjauh darinya.

Sinta hanya dapat menggapai-gapai karena kakinya masih pincang sebelah.

"Iihh.., yang lagi sakit kan kaki gua, ngga nyambung lu ah, mana sini..!"

"Udah ah, besok aja lagi, udah segitu banyak masa ngga cukup sih..?"

Sinta lalu melipat tangan dan membuang muka, "Jahat..! Lu beraninya cuma sama cewek pincang, sebel..!"

Nah, keluar deh salah satu 'jurus'-nya kalau keinginannya tidak dituruti, paling pusing deh kalau dia sudah begini.

"Alahh, udahlah Sin, gua sih udah ngga mempan sama cara gituan, ini kan buat kebaikan lu juga." mencoba menenangkannya.

"Eeemmhh.. Beny jahat, awas loh, pokoknya ntar gua bilangin ke Vivi lu dulu pernah gituin gua sama Ci Diana..!" ancamnya, lalu dia berbaring dan menarik selimut sampai menutupi kepalanya.

"Aduh, Sin jangan gitu dong, kita damai aja deh ya..?" sambil menggoyangkan badannya.

Tapi dia tetap diam di balik selimut, akhirnya gua deketin posisi gua dengannya dan mengguncang-guncangkan badannya lebih keras.

"Sin.., Sin..! Wah, marah euy, sori dong Sin, gua kan cuma main-main aja, gitu aja kok marah sih..!"

Tiba-tiba dia membuka selimut dan menyambar tangan gua yang memegang rokoknya. gua yang tidak menduga gerakannya tentu saja kaget dan kehilangan keseimbangan, sehingga ikut tertarik ke depan. Dengan tidak sengaja gua menyentuh payudaranya, namun anehnya kami malahan terdiam dalam posisi itu. Muka gua cuma 5 cm dari wajahnya, gua bisa dapat merasain di balik dasternya itu dia tidak memakai BH. Wajah Sinta memerah dan memelototiku, tapi entah karena kekuatan apa, wajah kami makin mendekat saja seperti magnet.

Tanpa pikir panjang lagi, langsung gua lumat bibir Sinta yang indah itu. Kami berciuman mesra, kini mulut kami mulai membuka dan beradu lidah. Sinta begitu agresif memainkan lidahnya di mulutku, teknik berciumannya sangat profesional, maklum walau lebih muda tapi pengalaman sex-nya lebih banyak dari gua

Ciuman gua mulai turun ke telinga dan lehernya, sementara tangan gua meremas dadanya. Kubuka selimut yang menutupi tubuhnya, lalu kusingkap pakaian tidurnya sehingga tampak kedua belah pahanya yang panjang dan putih mulus dengan kaki kiri yang terbalut perban itu.

"ben.., pintunya, pintunya kunci dulu dong, ntar ada yang tau..!" katanya.

gua baru sadar dan segera gua kunci pintu dan gua matiin lampu kamar dan menyisakan lampu neon 10 watt di dekat ranjang. SLOT ONLINE

Setelah kubuka seluruh pakaian gua dan menyisakan CD, gua dekati dia yang terbaring pasrah. gua naikkan dasternya perlahan-lahan sambil mengelus-elus tubuhnya yang mulus. Sekarang yang tersisa di tubuh Sinta hanya sebuah celana dalam putih tipis yang menampakan bulu-bulu kemaluanya yang lebat. gua berbaring di sisinya dan memulai serangan dengan mengecup lembut bibirnya, sementara tangan gua mulai merambat ke bawah mengusap-usap kemaluannya yang masih tertutup CD.

Nafas Sinta sudah mulai memburu dan mengeluarkan suara-suara tidak jelas seperti mengigau, mulut gua terus turun menuju payudaranya. Puting susunya yang mungil berwarna pink itu gua emut disertai dengan gigitan-gigitan kecil. Di tempat lain, tangan gua menyusup ke dalam CD-nya, jari-jari menari bermain di vaginanya yang mulai basah. Mula-mula gua gosok-gosok dan gua permainkan klistorisnya dengan lembut, sampai tiba-tiba gua sodokkan jari gua ke dalam liang itu agak keras, sehingga Sinta tersentak dan menjerit kecil.

"Awww.., Ben. Gitu ihh.. ngagetin orang melulu, sebell..!" katanya sambil mencubit dadaku.

gua cuma senyum licik dan berkata, "Apa Sin..? Kaget..? Gimana kalo gini lebih kaget ngga..?"

Habis berkata, gua langsung menusuk-nusukkan jari gua dengan cepat pada vaginanya, sehingga dia menggelinjang-gelinjang seperti cacing kepanasan.

"Aahh.. oohhh.. ben.. jelek..! Awww.., sebel ihh..!"

gua tambah gemes, bergairah mendengar jeritannya itu, gua tambah lagi serangan dengan mengulum daun telinganya dan sesekali jilat lubang telinganya. Sinta semakin erat memeluk erat.

"Ben.., ooohh.. udah dong.., jangan siksa gua.. ahhh..!"

Saat tubuhnya mulai mengejang, gua menghentikan serangan pada vaginanya dengan maksud mempermainkan nafsunya.

"Yahh.., kok udahan sih, padahal kan bentar lagi..?" protes Sinta dengan nafas masih memburu.

"Hehehe.., sabar Sin, ini baru pemanasan, liat aja nanti..!"

gua cabut tangan gua dari celana dalamnya, dan gua lihat jari-jari gua belepotan cairan bening dari liang kemaluan Sinta. Gua olesin cairan itu pada payudara kirinya.

"Eemmhh Beny, jorok iihh..!"

Gua gak perduli omelannya, dan terus dengan menjilati dadanya yang sudah gua olesin dengan love juice, rasanya memang aneh tapi sungguh nikmat, apalagi bercampur dengan payudara montoknya Sinta, sukar dilukiskan rasanya.

Setelah puas menyusu, gua mengambil posisi berlutut diantara perutnya, dan Sinta yang sudah tahu kemauan gua segera bangkit dan duduk di ranjang. Kini batang kemaluan gua yang masih terbungkus celana dalam tepat di depan wajah Sinta. Mula-mula dielus-elusnya gundukan keras itu dengan tangan dan pipinya, lalu dibukanya CD gua hingga menyembullah benda di baliknya yang sudah mencapai ukuran maksimal.

"Ckk.. ck.. ck.. gile, lucky banget tuh si Vivi bisa sering diservis ama 'adek' lu ini, gua paling cuma kalo si Andry pulang aja..," katanya sambil mengelus-elus kontol gua.

Bibir Sinta mulai turun menuju kedua bola 'pusaka' gua, dijilati dan diemutnya benda itu. Setiap jengkal gak ada yang keliwatan dari jilatannya, hingga kemaluan gua basah kuyup oleh ludahnya, tapi dia belum juga memasukkan kontol gua ke mulutnya.

"Sin, cepet dong, kok cuma dijilat aja, ngga tahan nih..!" kata gua tidak sabar.

"Eeiitt, sabar ben, ini kan baru pemanasan, tunggu dong, kalau makan es krim waktu panas-panas kan harus pelan-pelan baru kerasa enaknya."

Sialan, pinter juga nih anak ngebalas tadi, tapi bener juga perkataannya, kalau terlalu buru-buru memang kurang terasa nikmatnya.

Kini diarahkannya kontol gua ke mulutnya, mula-mula diciumnya kepala kemaluan, kemudian perlahan-lahan mulut mungilnya mulai membuka, sedikit demi sedikit batang itu ditelan sampai menyentuh di tenggorokkannya, sebelum mulai dia melirik ke gua dulu dengan tatapan nakalnya. Harus kuakui, sungguh hebat si Sinta ini dalam bercinta, kontol gua dikulum-kulum dalam mulutnya, divariasikan dengan permainan lidahnya. Terkadang dia juga menjilati lubang kencing gua, sehingga gua tidak tahan untuk tidak mendesah.

"Uuuhh.., aakkhh.. edan.. belajar darimana.. lu.. aahh.. Sin..? Enak banget ahh..!"

Tanpa menghiraukan pertanyaan gua, dia terus mengkaraoke, kepalanya maju mundur dan sesekali dia melirik wajah gua untuk melihat reaksi gua.

Dalam waktu kurang dari 15 menit, akhirnya, "Creet.. creet.. creet..!" beberapa kali 'kontol gua muntah-muntah di mulut Sinta disertai desahan panjang gua tentunya.

Hebatnya, dia tidak melepaskan kontol gua dari mulutnya, dia tampak berkonsentrasi menghisap dan menelan habis semua cairan itu. Kontol gua serasa disedot vacum cleaner saja waktu itu, tidak sedikitpun sperma gua menetes keluar dari mulutnya. Baru setelah tidak ada yang muncrat lagi, dia perlahan-lahan melepaskannya.

Dia tersenyum dan berkata, "Wah, payah lu, baru sebentar udah ngecret, si Andry aja masih tahan lebih lama dari lu loh..!"

"Habis udah konak banget sih Sin, lagian lu kok karaokenya enak banget, beda sama Vivi dan Ci Diana, swear loh..!"

"Iyalah ben.., Vivi dan Ci Diana kan cewek alim, ngga bandel kaya gua.."

Sinta kembali berbaring, celana dalamnya gua lepas dengan hati-hati, terutama saat melewati kaki kirinya, karena takut menyakitinya.

"Sin, jangan terlalu ribut yah, kalo si Thomas dan Ami denger bisa gawat..!" gua peringatkan dia karena posisi kamar ini tidak begitu strategis, sementara Sinta kalau ML ribut banget.

Pantas kalau Andry pulang ke Indonesia, Sinta sering tidak pulang ke kost, rupanya si Andry juga mau cari aman.


gua mengatur posisi, Sinta berbaring miring dan kaki kanannya gua angkat. Meskipun unvirgin, tapi memeknya masih rapat dan kencang (pasti rajin dirawat nih), kontol gua lumayan susah juga menembus memeknya, untung ada love juice dan ludah yang melumuri kontol gua sebagai pelumas. Perlahan-lahan kontol gua mulai menyeruak bibir memeknya dan tertanam pada liang itu diiringi desah kenikmatan Sinta. Saat gua rasa kontol gua sudah masuk penuh, gua berhenti sejenak agar Sinta

Sambil gua belai rambutnya, gua sentakkan pelan pinggul gua, makin lama gerakkan gua makin cepat, bahkan sesekali gua melakukan sodokan keras terhadapnya. Sinta menjerit-jerit sambil menggigiti jarinya berusaha agar jeritannya tidak terlalu keras. Hampir setengah jam kami bertahan dengan posisi itu, gwa rasakan dinding kemaluannya mulai berdenyut-denyut menyebabkan kontol gua makin serasa di remas. Tubuhnya meronta-ronta dengan liar, jeritan yang keluar dari mulutnya pun makin histeris. Mendengar rintihan tidak karuan itu, gua makin ganas saja, teteknya gua remas-remas dengan brutal, sehingga dia makin kesetanan.

"Bennnn.., ahh... akkhh.. boleh.. ohh.. di dalam.. akhh..!" katanya lirih.

Kami akhirnya mencapai puncak kenikmatan bersama, sperma gua tertumpah di rahimnya, sebagian meleleh keluar karena cukup banyak. Gua lumat bibirnya agar jeritannya terhambat. Sambil berpelukan dan berciuman, kami menikmati sisa-sisa orgasme. Gua cabut kontol gua dari memeknya, tubuh kami sudah licin dan basah oleh keringat yang membanjir.

Setelah tenaga rada pulih, gua gendong dan mendudukkannya di meja belajar. Sebenarnya gua mau melakukan doggy style, karena Sinta paling enak digarap dengan posisi ini. Namun dengan kondisi kaki seperti ini tentu tidak nyaman baginya, akhirnya gua garap dia dengan posisi duduk di meja. Tubuhnya menggelinjang liar di atas meja sampai setumpuk buku di dekatnya berjatuhan ke lantai akibat tersenggol olehnya. Mulutnya juga aktif mengimbangi dengan ciuman dan jilatan baik pada mulut, leher, dan kuping gua.

Kali ini gua akhirnya berhasil meng-KO-nya setelah sodokan-sodokan khas gua membuatnya orgasme lebih awal dan meminta gua berhenti. Namun gua terus menggenjotnya beberapa menit sampai gua mencapai klimaks.

"Ha.. ha.. ha.., akhirnya ngaku kalah juga lu Sin..!" dengan bangga.

"Licik, gua kan masih sakit, tunggu aja kalo gua sembuh nanti Ben..!" balasnya.

Walaupun gue menang darinya, namun terus terang gua sendiri merasakan kelelahan yang amat sangat. Butuh waktu dan tenaga extra untuk menaklukkan gadis berpengalaman seperti dia.

Gua menggendongnya kembali ke ranjang, kami berbaring menyamping berhadapan.

Lalu dia tersenyum, sambil mencolek hidung gua yang emang bikin gua keliatan tambah ganteng dia berkata, "Nakal juga yah lu, tega-teganya ngentotin ceweknya sobat loe sendiri."

"Ah, lu juga Sin, masa cowoknya saudara lu (Sinta dan Vivi masih saudara jauh) juga lu ajak gituan..!" gua skak balik dia.

"He.. he.. he.. ngga apa-apalah sekali-sekali selingkuh, yang penting kan hati gua tetap buat Andry dan hati lu tetap buat Vivi, ya ngga ben, it just sex, not love..," jawabnya.

Gua ngambil dan mengenakan kembali pakaian gua, lalu gua bantu dia memakaikan pakaiannya. Waktu sudah menunjukkan lebih dari jam 12 malam.

"Sin, gua mau balik dulu, cepet sembuh yah, bye..," sambil mengecup keningnya.

Sampai di kamar, gua langsung tertidur kelelahan. DIAMOND SLOT 

DIAMOND SLOT adalah games SLOT terpopuler di ASIA

DIAMOND SLOT menyediakan berbagai macam jenis SLOT , TEMBAK IKAN , dan BACARAT

Cocok sekali dimainkan di waktu luang dan untuk membuang suntuk.

http://zsyl.org

#slot #aplikasi #game #gameonline #tembakikan #slotgame #bacarat #diamond #diamondslot #vietnamslot #asiaslot #zsyl


DIAMOND SLOT
Add caption






BELLA REKAN KERJAKU

  CROWN9 FREECHIP - Awal aku mengenalnya pada saat dia mengundang perusahaan tempatku bekerja untuk memberikan penjelasan lengkap mengenai ...