DIAMOND SLOT |
LINA |
Sebagai anak Ekonomi dan punya pengalaman organisasi lebih banyak dibanding teman-teman Lina, membuatnya sering memberikan wawasan baru bagi anak-anak Hukum angkatan Lina.
LIRA |
DIAMOND SLOT |
LINA |
LIRA |
DIAMOND SLOT |
DEWI |
Hari itu aku yang sedang libur kerja bersantai-santai di rumah sambil bermain Handphone. Saat itu seluruh keluargaku, kecuali Dewi, sedang pergi ke Mal untuk membeli keperluan bulanan. Aku tidak berminat ikut dengan mereka karena sekarang sedang tanggal tua.
"Kak, Dewi keluar sebentar ya! Mau ke rumah teman dulu. Nanti kalau ada telepon dari teman Dewi yang namanya Benny, suruh langsung datang ke rumah aja. Dia mau ngerjain tugas kampus bareng Dewi" kata Dewi yang sudah terlihat siap mau pergi.
"Ok deh adikku yang cantik !" candaku.
"Makasih ya Kak" jawab Dewi sambil tersenyum kemudian bergegas pergi.
Tidak lama setelah Dewi pergi, telepon rumah berdering. Ketika aku angkat ternyata dari salah satu teman Dewi yang bernama Benny. Sesuai pesan Dewi, maka aku menyuruh Benny untuk langsung datang saja ke rumah. Sekitar 20 menit kemudian, kudengar ada suara ketokan di pagar depan rumahku. Setelah aku membuka pintu rumah untuk melihat siapa yang datang, ternyata ada 3 orang anak muda sedang berdiri di depan pagar rumahku.
"Maaf, mau nyari siapa ya?" tanyaku.
"Saya Benny, temen kampusnya Dewi. Dewinya ada Kak?" jawab salah satu dari mereka.
TITA |
"Dewi masih di rumah temannya. Tunggu di dalam aja yah, mungkin sebentar lagi Dewi pulang " kataku mempersilahkan masuk.
"Makasih Kak" sahut mereka hampir bersamaan.
"Dasar Dewi! Temannya kok cowok semua sih" gumamku pelan saat mereka sedang membuka pintu pagar.
Setelah berkenalan, aku baru tau nama dua orang teman Dewi yang lain, yaitu Didit dan Erwin. Secara fisik, mereka berwajah biasa-biasa saja. Benny berkulit sawo matang, kurus, berambut cepak dan dekil. Sedangkan Didit dan Erwin tidak jauh berbeda dengan Benny, tapi mereka berkulit lebih hitam, keduanya berambut keriting. Menurutku mereka semua lebih mirip berandalan daripada mahasiswa. Walaupun aku tidak pilih-pilih dalam berteman, tapi aku jadi merasa risih dengan penampilan mereka.
"Kok Dewi mau sih berteman dengan mereka"pikirku dalam hati.
Sekedar berbasa-basi, aku menemani mereka ngobrol di ruang tamu. Pada awalnya obrolan kami hanya di sekitar kegiatan kampus mereka saja. Hari itu aku memakai kaos longgar warna krem tanpa bra dengan bawahan celana pendek ketat warna putih. Selagi mengobrol, terkadang aku menangkap mata mereka melirik ke arah payudara dan pahaku. Tapi karena mereka adalah teman-teman adikku, maka aku berpikiran positif saja. Apalagi usia mereka juga baru 18 tahunan, jadi masih anak kecil menurutku.
"Kok kakak nggak ikut pergi sama keluarga? Gak bosen di rumah sedirian ? tanya Erwin.
"Kakak lagi malas ikut. Lagian banyak godaan kalo liat barang-barang bagus. Kakak takut boros nih " candaku.
"Emang Kak Tita ngapain aja kalo lagi sendirian gini? Nggak takut ada orang masuk apa? Untung aja kami dateng ya. Jadi bisa jagain Kak Tita deh " kata Benny bercanda.
Aku menjawab dengan sedikit menggoda "Bener nih mau jagain kakak? Ya udah kalo gitu temenin kakak aja ya sampai Dewi pulang"
Mereka pun malu-malu mendengar jawabanku, mungkin karena mereka melihat wajahku yang seperti cewek pendiam, namun ternyata bisa juga menggoda mereka. Setelah saling pandang sejenak, mereka bertiga akhirnya setuju untuk menemaniku sampai Dewi pulang. Mungkin tadinya mereka merasa sungkan berlama-lama karena Dewi tidak ada di rumah, namun pikiran mereka berubah setelah aku bersikap ramah.
Aku kemudian menyuguhkan minuman dan kue ringan untuk mereka. Aku sempat merasakan mata mereka sedang melihat ke arah payudaraku yang tidak terbungkus bra saat aku sedang menunduk untuk menaruh mimuman di atas meja. Apalagi kaos yang aku pakai saat itu longgar, sehingga pemandangan tersebut pasti membuat mereka menelan ludah. Tapi aku masa bodoh dengan hal tersebut.Setelah lama berbincang, ternyata mereka semua orangnya ramah dan enak diajak ngobrol mulai dari topik yang ringan sampai obrolan-obrolan yang agak serius. Sambil makan dan minum kami mengobrol dan bercanda panjang lebar.
Sedang asyik-asyiknya mengobrol, aku mendengar bunyi SMS masuk ke HP-ku. Ternyata dari Dewi yang berisikan dia akan pulang sekitar 2 jam lagi, karena masih ada urusan dengan temannya. Setelah memberitahu ke Benny, Erwin dan Didit, ternyata mereka tidak keberatan untuk menunggu selama itu. Kemudian kami melanjutkan obrolan yang sempat terputus.
Di tengah obrolan Benny bertanya "Kalo kakak pacaran ngapain aja sih?"
"Kayak orang pacaran biasa aja. Paling nonton sama makan aja " jawabku.
"Bukan itu maksud Benny Kak. Maksudnya sampai sejauh mana pacarannya? "tanya Benny lagi yang sepertinya belum puas dengan jawabanku barusan.
"Oh itu maksud kamu Ben? Kalau kakak sih pacarannya paling sampai sebatas ciuman aja. Hayoo pasti kamu udah mikir yang macam-macam ya! "aku sengaja berkata seperti itu agar membuat mereka menjadi salah tingkah.
Benar saja seperti dugaanku tadi, begitu mendengar jawabanku barusan wajah mereka pun mulai memerah karena malu. Kemudian karena takut aku marah akibat pertanyaan Benny tadi, mereka semua hanya tertunduk tanpa berani berbicara sepatah kata pun. Suasana ruangan yang tadinya ramai oleh obrolan kami berempat mendadak menjadi sepi.
"Kak Tita, bosen nih ngobrol sambil makan doang. Boleh nonton DVD nggak? Kebetulan Didit bawa Film bagus neh "kata Didit memecah kesunyian.
Boleh aja ! Kakak juga suka nonton Film. Yuk kita nonton di ruang tengah kataku tanpa curiga DVD apa yang Didit bawa.
Akhirnya kami berempat duduk di sofa ruang tengah untuk siap-siap menonton. Ternyata begitu DVD diputar, aku sempat kaget karena ternyata Film yang Didit bawa adalah Film porno. Namun aku tetap tidak beranjak dari tempat duduk karena adegan-adegan di film tersebut membuat aku penasaran. Ruang tengah itu menjadi hening karena semua terpaku pada layar TV. Walaupun aku sedang serius menonton, namun aku sadar kalau mata mereka melirik ke arah pahaku. Setelah kira-kira 45 menit lamanya, Film itu pun berakhir.
"Kakak serius banget sih nontonnya tadi?" ledek Benny.
"Kayak kamu nggak serius aja Ben!" aku membalas ledekan Benny sambil tersenyum.
Kemudian aku bertanya iseng kepada mereka "Kalian bertiga pernah nggak melakukan kayak di Film tadi?"
Mereka semua menggeleng dan berkata "Belum Kak. Emangnya Kak Tita udah pernah?" tanya Didit penasaran.
Tanpa terlebih dahulu menjawab pertanyaan Didit, aku menyuruh Benny dan Didit yang duduk mengapitku agar lebih mendekat kepadaku. Sedangkan Erwin yang duduk paling ujung, aku suruh duduk di depanku.
Setelah mereka semua mengelilingiku, aku berkata "Mau nggak kalian Kakak ajarin supaya jadi pria dewasa?"
"Ma-maksud Kak Tita apa sih?" tanya Didit dengan gugup.
"Begini maksud Kakak " kataku sambil meraih tangan Didit dan Benny lalu ditaruh di kedua payudaraku.
Mereka berdua tampak kaget sekali waktu itu.
"Kak, kalo Dewi tiba-tiba pulang gimana dong?" kata Benny khawatir.
"Dewi pulangnya masih sekitar 1 jam lagi kok " jawabku menenangkannya.
Kemudian aku meraih tangan Erwin dan meyuruhnya meraba-raba di sekitar paha dan kemaluanku. Aku yang masih berpakaian lengkap menikmati saat Benny dan Didit meraba-raba payudaraku. Aku dapat merasakan putingku mulai menonjol karena sudah terangsang.Sekarang Erwin berusaha menarik lepas celana pendekku sedangkan Benny membuka kaosku. Jadi sekarang tubuhku hanya dibalut celana dalam warna putih transparan. Terlihat jelas lekukan garis kemaluanku yang tanpa bulu itu.
Payudaraku yang berukuran kecil namun padat serta putingnya yang kecoklatan itu membuat nafsu Benny bangkit, tanpa diperintah lagi dia mengulum puting kiriku, sementara puting kananku dikulum Didit. Erwin membuka lebar pahaku dan mengelus-elus belahan di tengahnya yang masih tertutup celana dalamku. SLOT ONLINE
Lidah Benny mulai naik ke leher, pipi hingga akhirnya aku berciuman dengannya. Aku lalu membuka mulut membiarkan lidah Benny bermain-main di dalamnya. Aku pasrah saja mengikuti irama tarian lidah Benny sambil memejamkan mata. Permainan lidahnya benar-benar membuat sesak nafasku. Benny mulai terangsang, kurasakan dari nafasnya yang kacau.
"Enak nggak ciuman sama Benny Kak?" tanya Benny di sela-sela berciuman denganku.
Aku yang sedang kesibukan melayani serangan lidahnya, hanya menjawab dengan anggukan. Sementara itu tanganku mulai membuka resleting celana jeans milik Benny lalu masuk ke celana dalamnya.
Batang kemaluan Benny yang sudah tegang sejak tadi seakan-akan mau meledak saja begitu tanganku mulai mengocoknya. Didit yang duduk di sebelah kanan masih terlihat menikmati payudaraku, sedangkan tangannya mulai masuk ke dalam celana dalamku. Sehingga sekarang kemaluanku sedang dimainkan oleh Erwin dan Didit. Aku merasakan celana dalamku juga sudah mulai basah oleh cairan vaginaku.
"Aaaaahhh Kaliaaan hebaaat bangeet sihh! Padahaaal kaliaaan bilaang beluuum pernaaah ngelakuiiin Aaaaahhh ! desahku yang semakin menikmati permainan mereka.
Mereka semua menyeringai mesum menikmati ekpresi wajahku yang telah terangsang. Tak lama kemudian aku melihat Erwin mulai melepas celana dalamku sehingga sekarang tubuhku sudah dalam keadaan telanjang. Ketiganya terlihat berdecak kagum serta jakun mereka naik turun melihat tubuhku yang sudah polos tanpa sehelai benang pun. Lelaki normal mana pun pasti akan tergiur oleh tubuhku yang mulus karena sering aku rawat dengan teratur.Tangan-tangan kasar mereka mulai bergerilya lagi di sekujur tubuhku. Tubuhku bergetar merasakan sensasi nikmat yang melandaku. Seperti sudah direncanakan, Benny sekarang meraba-rabai tubuh bagian atasku, sedangkan Erwin dan Didit kelihatannya lebih tertarik pada bagian bawahku.
"Gue demen banget sama memeknya Kak Tita. !! kata Erwin yang disambut tawa teman-temannya.
Erwin kelihatan sangat menikmati menggesekkan jari-jarinya pada bibir vaginaku yang sudah dalam keadaan sangat basah. Didit yang tadi hanya mengelus-elus pahaku menjadi tertarik untuk ikut merabai vaginaku. Hal tersebut tentu saja membuat nafasku semakin memburu. Tak cukup puas hanya memainkan vaginaku dengan jari, sekarang Erwin dan Didit mulai menjilati paha dan vaginaku bergantian. Kemudian aku mulai merasakan daging kecil di dalam vaginaku sedang dijilat, dihisap bahkan hingga digigit kecil oleh mereka.
Ulah mereka berdua membuatku berkelejotan " Ohhh Ja-jangan kayak gitu Kakaaak geliii nih !! Aaaaaaahhh "
Tanpa memperdulikanku kata-kataku tadi, Erwin dan Didit terus mempermainkan vaginaku.
"Ooohhh Oooooooohhh Enaaakk Aaaaaaah" aku hanya bisa mendesah pasrah.
"Baru pernah ngerasain yang kayak gini ya Kak? "ejek Benny sambil terus meremas payudaraku.
"Aaaaaaaaaaahhh "tanpa menjawab pertanyaan Benny aku terus mendesah merasakan rangsangan pada seluruh otot-otot vaginaku.
Karena sudah dilanda birahi tinggi, aku yang ingin melanjutkan permainan ini ke tahap selanjutnya, aku berbaring telentang di lantai ruang tengahku.Erwin yang belum menikmati payudaraku mulai mengulum benda itu, sedangkan aku sendiri memainkan buah zakar Didit dengan tanganku."Eeeemmhh" aku mendesah ketika merasakan pahaku dibuka lalu disusul rasa geli bercampur nikmat pada vaginaku.
Ternyata kini giliran Benny menjilati kemaluanku. Ia membenamkan wajahnya pada selangkanganku dan mulai menjilati vagina yang masih rapat dan tanpa bulu itu dengan rakus. Kedua jarinya merenggangkan bibir vaginaku sehingga terkuaklah bagian dalamnya yang merah dan berlendir itu. Darahku semakin berdesir merasakan lidah kasar Benny mengais-ngais vaginaku, terlebih lagi ketika lidah itu menyentuh klitorisku.
"Eehhhhmm Wa-wangi banget memek Kakak Sluuurpp " puji Benny sambil terus menjilat vaginaku yang terawat dengan baik.
"Enak kan Ben? Rasa memeknya Kak Tita emang top banget deh !! kata Erwin setuju dengan ucapan Benny.
Benny membuka pahaku lebih lebar sehingga ia semakin leluasa menjilat dan menghisap bagian tubuhku yang paling sensitif itu. Aku semakin larut dalam birahi akibat perlakuan Benny, karena ia tidak hanya memainkan lidahnya saja di liang kenikmatan itu, namun jari-jarinya pun ikut bermain disana. Benny menyentil-nyentilkan lidahnya pada klitorisku dan menyebabkan aku menggelinjang nikmat.
"Bener-bener memek yang mantep!! Pantesan aja kalian berdua doyan banget mainin memeknya Kak Tita "kata Benny kepada teman-temannya.
Tidak lama dipermainkan seperti itu aku pun merasakan orgasme mulai melanda tubuhku.
"Ehhhmmmmm Enaaak Teruuusss Ben Kakaaak U-udaaah pengeeeen Keluaaaaaar Aaaaaaah " desahanku semakin tidak karuan.
Vaginaku mulai berdenyut-denyut hingga akhirnya "Sssssrrrr" keluarlah cairan bening yang hangat dari vaginaku diiringi dengan menegangnya seluruh tubuhku.
"Mmmhhh Aaaaaaaah Eeeeengghh Aaaaaaaaahh " aku mendesah sejadi-jadinya melepaskan perasaan nikmat yang melandaku.
"Sluuurrpp Sluurrpp Gurih banget memeknya Kak Tita Sluuurrp Nyaaam" kata Benny sambil terus menghisap cairan yang sudah membasahi liang kewanitaanku sampai benar-benar bersih.
Saat sedang menikmati permainan Benny pada vaginaku dan disertai hisapan Erwin pada payudaraku, Didit yang sedang kumainkan penisnya tiba-tiba berkata "Kak Tita, sepongin kontol Didit dong! Jangan cuma dipegang-pegang doang"
Tanpa ragu lagi, aku menuruti saja apa yang diperintahkan oleh Didit. Tanganku mulai menarik penisnya yang sudah mengacung keras mendekati mulutku. Kepala penis milik Didit sekarang sudah terlihat merah kehitaman karena sudah sangat tegang. Aku mengeluarkan lidah dan mulai menyapukannya perlahan ke kepala penis Didit sambil tanganku juga ikut aktif mengocok-ngocoknya.
"Eeeemm I-yaah E-enaaak Kak I-yah teruuuus kayak gitu " erang Didit sambil tangannya mulai membelai-belai rambutku.
Mataku melirik ke wajah Didit untuk sekedar melihat reaksinya serta menambah sensasi permainanku. Namun ternyata Didit yang tidak mampu untuk memandangku mataku lama-lama.
"Uuuuuh E-enaaaak bangeeet disepongin Kak Titaaa Aaahh!" kata Didit sambil sedikit mendesah karena jilatanku.Mungkin karena sudah tidak tahan, Didit ikut mendorong penisnya hingga hampir seluruhnya masuk ke dalam mulutku.
Eeeeemmmmhh ! desahku tertahan dengan mata membelakak kaget.
Benda itu terasa sangat menyesakkan di mulutku yang mungil, belum lagi aromanya yang tidak sedap itu. Sepertinya bau penis Didit memang tidak sedap seperti penampilan luarnya. Namun aku tetap saja aku terus menggerakkan lidahku dan melakukan hisapan-hisapan kecil pada penisnya.
"Kakak emang doyan ngisep kontol yah? Kak Tita suka kan sama kontol saya. Hehehe " ejek Didit yang membuatku tersipu malu.
Aku sepertinya sudah mulai sedikit beradaptasi dengan bau penis Didit yang telah bertengger sekitar 5 menitan di mulutku. Mulanya memang Didit yang memaju-mundurkan penisnya di mulutku seperti sedang menyetubuhinya, namun kini aku yang memaju-mundurkan sendiri kepalaku sambil menghisap penisnya.
"Kak Tita jago banget sih nyepongnyaaaa Ehhhhmm ! gumam Didit keenakan.
Didit nampak sangat menikmati penisnya dikulum oleh aku. Sekitar 10 menit merasakan hisapanku pada penisnya, ia melepaskan penisnya dari mulutku.
"Jangan dikeluarin dulu ya Kak. Nanti aja biar lebih seru" kata Didit.
"Masukin penis kalian ke vagina Kakak dong" karena sudah tidak tahan dirangsang seperti ini akhirnya aku memohon supaya diantar ke puncak kenikmatan oleh mereka.
Benny yang berada paling dekat dengan liang senggamaku langsung mengambil inisiatif, dia menaikkan kedua kakiku ke bahunya seperti gaya di film tadi. Perlahan-lahan Benny mulai memasukkan batang kemaluannya ke liang kewanitaanku yang sudah tidak perawan lagi.
"Oooohh, Ayo Ben puasin kakak!! Ka-kakak udah gak tahan lagi. Aaahh" teriakku.
"Kakak masih perawan ya? Kok masih sempit banget sih?" tanya Benny.
Selama beberapa waktu aku bersetubuh dengannya sampai akhirnya aku merasakan sudah akan mencapai orgasme untuk kedua kalinya.
"Terus Ben Aaaaaah Kakak mau keluaaaaarr !! desahanku semakin menjadi ketika gelombang orgasme itu kembali menerpa.
Sambil melepas kulumanku pada batang kemaluan Didit, aku mengerang panjang "Aaaaaaaaaaaaaahhhhhh"
Tubuhku menegang menekuk ke atas, tanganku meremas kencang rambut Erwin yang sedang menjilati payudaraku, pertanda aku sudah mencapai orgasme. Tubuhku menggelinjang dahsyat merasakan nikmat yang melebihi orgasme sebelumnya. Yang datang kali ini adalah multiorgasme sehingga tubuhku berkelejotan tak terkendali, sungguh luar biasa seperti melayang ke surga saja rasanya.
Saat itu Benny yang belum mencapai klimaks melanjutkan hujaman-hujamannya terhadap liang vaginaku.
Sekitar 5 menit kemudian barulah ia berteriak "Benny udaaah pengeeenn keluaaaar Kak !!"
Lalu Crooot Croooot aku dapat merasakan cairan dari penis Benny membanjiri vaginaku.
"Aaaaaahh Enaaaaaaknya" lenguh Benny sambil menekan dalam-dalam penisnya yang menyemburkan sperma
Aku benar-benar lelah setelah mencapai orgasme. Sekilas aku melihat Benny beristirahat dan hanya menonton kedua temannya sedang bermain dengan tubuhku. Kali ini Didit memintaku untuk melakukan doggy style, batang penisnya dimasukkan ke dalam vaginaku lewat belakang, sedangkan Erwin yang berada di bawahku sibuk bermain dengan payudaraku. Badanku bergerak maju mundur mengikuti gerakan keduanya."Ahhh Yaaa Teruuuus lebih dalam lagi Uuhhh Uuhhh Diiiitt !! Kamu hebat banget! Aahhh!" seluruh ruangan itu dipenuhi suara eranganku.
Sesaat kemudian Didit melepas batang kemaluannya dan berpindah ke depan wajahku. "Kak buka mulutnya! Aku udah mau keluar nih"
Dan tidak lama kemudian "Croot Croot " sperma Didit membasahi mulut mungilku. Aku menelan semua spermanya dan membersihkan yang tertinggal di bibirku. Namun tidak itu saja, dengan cepat aku meraih batang kemaluan Didit yang masih berlepotan itu lalu aku kulum dan menjilatinya sampai bersih dari sisa spermanya.
"Aduh Kak Tita ganas banget sih! Emang rasanya enak ya? Sampe napsu banget kayak gitu?" tanya Didit penasaran.
Tanpa menjawab aku terus mengulum batang kemaluan itu dengan rakusnya seperti binatang yang sedang kehausan. Sementara itu Erwin yang masih berada di bawahku pun meminta giliran untuk dihisap kemaluannya. Hanya bertahan 10 menit, Erwin sudah mencapai klimaks. Dia juga membuang air maninya di dalam mulutku. Setelah selesai, tubuhku terkulai lemas dengan kepalaku di atas penis Erwin. Dengan nafas terengah-engah, Erwin memuji keahlian oral seks-ku. Rupanya dia baru mengalami orgasme hebat.
Benny yang sudah memulihkan tenaga mengatur posisiku dan menyelipkan bantal kursi agar aku dapat menyandarkan kepalanya di karpet.
"Ben, kamu mau bikin posisi apa lagi sekarang?" tanyaku.
Lantas Benny berlutut di tengah badanku dan menggesek-gesekan batang kemaluannya di antara payudaraku itu. Aku kemudian mulai mengocok penisnya di daerah itu. Sementara Erwin yang dari tadi belum sempat merasakan bersetubuh denganku, terlihat sedang menikmati sempitnya liang kewanitaanku. Dia merentangkan kedua paha mulusku dan menancapkan batang kemaluannya dalam-dalam, sementara itu aku juga mengulum batang kemaluan Didit di sampingnya. Dirangsang 3 orang sekaligus seperti itu tentu membuat birahiku bangkit kembali.
Dalam waktu kira-kira 15 menit kemudian akhirnya Benny menyiram wajahku dengan air maninya, ditambah lagi dalam waktu bersamaan Didit pun turut mengeluarkan spermanya di dalam mulutku. Tidak lama berselang setelah itu Erwin ejakulasi di atas payudaraku.
Saat itu tubuhku benar-benar basah kuyup oleh keringat dan sperma, aku merasakan kenikmatan yang luar biasa dari 3 orang sekaligus. Aku menyeka sperma yang membasahi dada dan wajahku dengan jariku, lalu aku jilati dengan rakus.Benny tiba-tiba bertanya "Kakak kok seneng banget sih minum peju? Emang rasanya enak ya Kak?" tanya Benny dengan wajah bingung.
"Kira-kira rasanya kayak kamu minum cairan dari vagina Kakak aja " jawabku menerangkan dengan singkat.
Tubuhku benar-benar lelah setelah bercinta dengan mereka, mungkin karena aku dikerubuti 3 orang sekaligus, ditambah kami bersetubuh hingga berkali-kali. Sambil beristirahat aku sempat menyuruh mereka untuk tidak menceritakan hal ini kepada siapapun, terutama kepada adikku Dewi. Tidak terasa, waktu saat itu telah menunjukkan pukul 12 siang. Kami pun bersiap-siap mandi, karena sebentar lagi Dewi akan pulang.
Untung saja, karena tidak lama setelah kami semua dalam keadaan bersih sehabis mandi, Dewi pun pulang. Mereka mulai mengerjakan tugas kelompok mereka seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Aku tersenyum-senyum sendiri karena tidak yakin apakah mereka bisa konsentrasi belajar atau tidak setelah mengalami kejadian nikmat bersamaku tadi.
Karena sudah didera kelelahan yang amat sangat, aku pun pamit kepada mereka untuk masuk ke kamar tidur. Sekilas aku dapat melihat wajah mereka yang lelah sekaligus puas, tersenyum penuh arti kepadaku. Dan mungkin setelah selesai mengerjakan tugas kampus ini, mereka akan merencanakan untuk " belajar kelompok " bersama aku lagi. DIAMOND SLOT
DIAMOND SLOT |
ZSYL - Sinta. Dia adalah teman sekampus gua yang berbeda fakultas, selain itu dia juga teman satu kost. Tingginya kira-kira 160 cm, umur 21 tahun, keturunan Chinese, rambutnya panjang sebahu lebih. Sifatnya yang periang dan lucu membuatnya mudah dekat dengan orang lain. Namun Sinta ini agak nakal, sehingga tidak heran ketika umur 16 tahun sudah kehilangan keperawanannya, dan ngakunya sudah 3 kali pacaran. Dua kali pacaran di SMA yang berumur pendek, dan saat kejadian ini dulu sedang jalan sama yang ketiga gak lain sama teman gua yang sedang belajar di luar negri.
Saat itu Sinta baru pulang dari rumah sakit setelah beberapa hari lamanya menginap di sana akibat jatuh dari tangga kampus. Walaupun sudah keluar rumah sakit, tapi kaki kirinya masih diberi obat dan belum dapat berjalan dengan benar, sehingga harus dibantu dengan tongkat. Ya, selama masa-masa itulah dia menjadi 'ratu' di kost kami, beberapa keperluan seperti makan dan urusan beli membeli dibantu oleh teman-teman kostnya termasuk gua
Suatu malam gua baru belanja di mini market dekat kost, sekalian ngebelikan juga barang-barang titipan Sinta. Waktu itu sudah hampir jam 9 malam, tapi kamar Sinta masih menyala, maka gua menyempatkan diri berkunjung ke sana sekalian menyerahkan barang-barang titipannya.
"Masuk aja, belum dikunci kok..!" sahut suara dari dalam ketika pintu kuketuk.
Sinta sedang duduk di ranjang sambil nonton TV, "Eh, ben tolong sekalian ambilin rokok gua di laci meja dong..!" pintanya.
Kuberikan sebungkus rokok itu padanya dan dia menyulutnya sebatang.
"Masih melek juga lu Sin, ngga ngantuk nih..?"
"Ya gimana bisa ngatuk, hampir seharian di ranjang melulu kok, lu kok baru dateng sekarang sih, gua BT banget nih, acara TV-nya pada garing lagi, uuhh.., sebel..!" gerutunya.
"Kan gua sibuk Sin, temen-temen lain kan tadi juga banyak yang main ke sini kan."
"Iya, tapi kan sepi kalo ngga ada lu buat temen ribut." jawabnya sambil tersenyum nakal.
Kami akhirnya ngerumpi macam-macam sampai tidak terasa sudah lebih dari jam 10 malam, dan Sinta sudah menghabiskan 2 batang rokok.
Sebelum dia hendak mengambil kotak rokok untuk mencabut batang yang ketiga, gua daului dan berkata, "Udah Sin, ini udah ketiga loh, lagi sakit gini kok makan asap terus sih, mau cepet mati yah..?"
"Aahhh.., kok gitu sih, gua di rumah sakit ngga boleh ngerokok nih, kembaliin sini..!"
"Jangan ah Sin, ngga baik, lu kan belum sembuh betul..!" kata gua sambil mengoper ke tangan yang satu lagi, sehingga kotak rokok itu makin menjauh darinya.
Sinta hanya dapat menggapai-gapai karena kakinya masih pincang sebelah.
"Iihh.., yang lagi sakit kan kaki gua, ngga nyambung lu ah, mana sini..!"
"Udah ah, besok aja lagi, udah segitu banyak masa ngga cukup sih..?"
Sinta lalu melipat tangan dan membuang muka, "Jahat..! Lu beraninya cuma sama cewek pincang, sebel..!"
Nah, keluar deh salah satu 'jurus'-nya kalau keinginannya tidak dituruti, paling pusing deh kalau dia sudah begini.
"Alahh, udahlah Sin, gua sih udah ngga mempan sama cara gituan, ini kan buat kebaikan lu juga." mencoba menenangkannya.
"Eeemmhh.. Beny jahat, awas loh, pokoknya ntar gua bilangin ke Vivi lu dulu pernah gituin gua sama Ci Diana..!" ancamnya, lalu dia berbaring dan menarik selimut sampai menutupi kepalanya.
"Aduh, Sin jangan gitu dong, kita damai aja deh ya..?" sambil menggoyangkan badannya.
Tapi dia tetap diam di balik selimut, akhirnya gua deketin posisi gua dengannya dan mengguncang-guncangkan badannya lebih keras.
"Sin.., Sin..! Wah, marah euy, sori dong Sin, gua kan cuma main-main aja, gitu aja kok marah sih..!"
Tiba-tiba dia membuka selimut dan menyambar tangan gua yang memegang rokoknya. gua yang tidak menduga gerakannya tentu saja kaget dan kehilangan keseimbangan, sehingga ikut tertarik ke depan. Dengan tidak sengaja gua menyentuh payudaranya, namun anehnya kami malahan terdiam dalam posisi itu. Muka gua cuma 5 cm dari wajahnya, gua bisa dapat merasain di balik dasternya itu dia tidak memakai BH. Wajah Sinta memerah dan memelototiku, tapi entah karena kekuatan apa, wajah kami makin mendekat saja seperti magnet.
Tanpa pikir panjang lagi, langsung gua lumat bibir Sinta yang indah itu. Kami berciuman mesra, kini mulut kami mulai membuka dan beradu lidah. Sinta begitu agresif memainkan lidahnya di mulutku, teknik berciumannya sangat profesional, maklum walau lebih muda tapi pengalaman sex-nya lebih banyak dari gua
Ciuman gua mulai turun ke telinga dan lehernya, sementara tangan gua meremas dadanya. Kubuka selimut yang menutupi tubuhnya, lalu kusingkap pakaian tidurnya sehingga tampak kedua belah pahanya yang panjang dan putih mulus dengan kaki kiri yang terbalut perban itu.
"ben.., pintunya, pintunya kunci dulu dong, ntar ada yang tau..!" katanya.
gua baru sadar dan segera gua kunci pintu dan gua matiin lampu kamar dan menyisakan lampu neon 10 watt di dekat ranjang. SLOT ONLINE
Setelah kubuka seluruh pakaian gua dan menyisakan CD, gua dekati dia yang terbaring pasrah. gua naikkan dasternya perlahan-lahan sambil mengelus-elus tubuhnya yang mulus. Sekarang yang tersisa di tubuh Sinta hanya sebuah celana dalam putih tipis yang menampakan bulu-bulu kemaluanya yang lebat. gua berbaring di sisinya dan memulai serangan dengan mengecup lembut bibirnya, sementara tangan gua mulai merambat ke bawah mengusap-usap kemaluannya yang masih tertutup CD.
Nafas Sinta sudah mulai memburu dan mengeluarkan suara-suara tidak jelas seperti mengigau, mulut gua terus turun menuju payudaranya. Puting susunya yang mungil berwarna pink itu gua emut disertai dengan gigitan-gigitan kecil. Di tempat lain, tangan gua menyusup ke dalam CD-nya, jari-jari menari bermain di vaginanya yang mulai basah. Mula-mula gua gosok-gosok dan gua permainkan klistorisnya dengan lembut, sampai tiba-tiba gua sodokkan jari gua ke dalam liang itu agak keras, sehingga Sinta tersentak dan menjerit kecil.
"Awww.., Ben. Gitu ihh.. ngagetin orang melulu, sebell..!" katanya sambil mencubit dadaku.
gua cuma senyum licik dan berkata, "Apa Sin..? Kaget..? Gimana kalo gini lebih kaget ngga..?"
Habis berkata, gua langsung menusuk-nusukkan jari gua dengan cepat pada vaginanya, sehingga dia menggelinjang-gelinjang seperti cacing kepanasan.
"Aahh.. oohhh.. ben.. jelek..! Awww.., sebel ihh..!"
gua tambah gemes, bergairah mendengar jeritannya itu, gua tambah lagi serangan dengan mengulum daun telinganya dan sesekali jilat lubang telinganya. Sinta semakin erat memeluk erat.
"Ben.., ooohh.. udah dong.., jangan siksa gua.. ahhh..!"
Saat tubuhnya mulai mengejang, gua menghentikan serangan pada vaginanya dengan maksud mempermainkan nafsunya.
"Yahh.., kok udahan sih, padahal kan bentar lagi..?" protes Sinta dengan nafas masih memburu.
"Hehehe.., sabar Sin, ini baru pemanasan, liat aja nanti..!"
gua cabut tangan gua dari celana dalamnya, dan gua lihat jari-jari gua belepotan cairan bening dari liang kemaluan Sinta. Gua olesin cairan itu pada payudara kirinya.
"Eemmhh Beny, jorok iihh..!"
Gua gak perduli omelannya, dan terus dengan menjilati dadanya yang sudah gua olesin dengan love juice, rasanya memang aneh tapi sungguh nikmat, apalagi bercampur dengan payudara montoknya Sinta, sukar dilukiskan rasanya.
Setelah puas menyusu, gua mengambil posisi berlutut diantara perutnya, dan Sinta yang sudah tahu kemauan gua segera bangkit dan duduk di ranjang. Kini batang kemaluan gua yang masih terbungkus celana dalam tepat di depan wajah Sinta. Mula-mula dielus-elusnya gundukan keras itu dengan tangan dan pipinya, lalu dibukanya CD gua hingga menyembullah benda di baliknya yang sudah mencapai ukuran maksimal.
"Ckk.. ck.. ck.. gile, lucky banget tuh si Vivi bisa sering diservis ama 'adek' lu ini, gua paling cuma kalo si Andry pulang aja..," katanya sambil mengelus-elus kontol gua.
Bibir Sinta mulai turun menuju kedua bola 'pusaka' gua, dijilati dan diemutnya benda itu. Setiap jengkal gak ada yang keliwatan dari jilatannya, hingga kemaluan gua basah kuyup oleh ludahnya, tapi dia belum juga memasukkan kontol gua ke mulutnya.
"Sin, cepet dong, kok cuma dijilat aja, ngga tahan nih..!" kata gua tidak sabar.
"Eeiitt, sabar ben, ini kan baru pemanasan, tunggu dong, kalau makan es krim waktu panas-panas kan harus pelan-pelan baru kerasa enaknya."
Sialan, pinter juga nih anak ngebalas tadi, tapi bener juga perkataannya, kalau terlalu buru-buru memang kurang terasa nikmatnya.
Kini diarahkannya kontol gua ke mulutnya, mula-mula diciumnya kepala kemaluan, kemudian perlahan-lahan mulut mungilnya mulai membuka, sedikit demi sedikit batang itu ditelan sampai menyentuh di tenggorokkannya, sebelum mulai dia melirik ke gua dulu dengan tatapan nakalnya. Harus kuakui, sungguh hebat si Sinta ini dalam bercinta, kontol gua dikulum-kulum dalam mulutnya, divariasikan dengan permainan lidahnya. Terkadang dia juga menjilati lubang kencing gua, sehingga gua tidak tahan untuk tidak mendesah.
"Uuuhh.., aakkhh.. edan.. belajar darimana.. lu.. aahh.. Sin..? Enak banget ahh..!"
Tanpa menghiraukan pertanyaan gua, dia terus mengkaraoke, kepalanya maju mundur dan sesekali dia melirik wajah gua untuk melihat reaksi gua.
Dalam waktu kurang dari 15 menit, akhirnya, "Creet.. creet.. creet..!" beberapa kali 'kontol gua muntah-muntah di mulut Sinta disertai desahan panjang gua tentunya.
Hebatnya, dia tidak melepaskan kontol gua dari mulutnya, dia tampak berkonsentrasi menghisap dan menelan habis semua cairan itu. Kontol gua serasa disedot vacum cleaner saja waktu itu, tidak sedikitpun sperma gua menetes keluar dari mulutnya. Baru setelah tidak ada yang muncrat lagi, dia perlahan-lahan melepaskannya.
Dia tersenyum dan berkata, "Wah, payah lu, baru sebentar udah ngecret, si Andry aja masih tahan lebih lama dari lu loh..!"
"Habis udah konak banget sih Sin, lagian lu kok karaokenya enak banget, beda sama Vivi dan Ci Diana, swear loh..!"
"Iyalah ben.., Vivi dan Ci Diana kan cewek alim, ngga bandel kaya gua.."
Sinta kembali berbaring, celana dalamnya gua lepas dengan hati-hati, terutama saat melewati kaki kirinya, karena takut menyakitinya.
"Sin, jangan terlalu ribut yah, kalo si Thomas dan Ami denger bisa gawat..!" gua peringatkan dia karena posisi kamar ini tidak begitu strategis, sementara Sinta kalau ML ribut banget.
Pantas kalau Andry pulang ke Indonesia, Sinta sering tidak pulang ke kost, rupanya si Andry juga mau cari aman.
Sambil gua belai rambutnya, gua sentakkan pelan pinggul gua, makin lama gerakkan gua makin cepat, bahkan sesekali gua melakukan sodokan keras terhadapnya. Sinta menjerit-jerit sambil menggigiti jarinya berusaha agar jeritannya tidak terlalu keras. Hampir setengah jam kami bertahan dengan posisi itu, gwa rasakan dinding kemaluannya mulai berdenyut-denyut menyebabkan kontol gua makin serasa di remas. Tubuhnya meronta-ronta dengan liar, jeritan yang keluar dari mulutnya pun makin histeris. Mendengar rintihan tidak karuan itu, gua makin ganas saja, teteknya gua remas-remas dengan brutal, sehingga dia makin kesetanan.
"Bennnn.., ahh... akkhh.. boleh.. ohh.. di dalam.. akhh..!" katanya lirih.
Kami akhirnya mencapai puncak kenikmatan bersama, sperma gua tertumpah di rahimnya, sebagian meleleh keluar karena cukup banyak. Gua lumat bibirnya agar jeritannya terhambat. Sambil berpelukan dan berciuman, kami menikmati sisa-sisa orgasme. Gua cabut kontol gua dari memeknya, tubuh kami sudah licin dan basah oleh keringat yang membanjir.
Setelah tenaga rada pulih, gua gendong dan mendudukkannya di meja belajar. Sebenarnya gua mau melakukan doggy style, karena Sinta paling enak digarap dengan posisi ini. Namun dengan kondisi kaki seperti ini tentu tidak nyaman baginya, akhirnya gua garap dia dengan posisi duduk di meja. Tubuhnya menggelinjang liar di atas meja sampai setumpuk buku di dekatnya berjatuhan ke lantai akibat tersenggol olehnya. Mulutnya juga aktif mengimbangi dengan ciuman dan jilatan baik pada mulut, leher, dan kuping gua.
Kali ini gua akhirnya berhasil meng-KO-nya setelah sodokan-sodokan khas gua membuatnya orgasme lebih awal dan meminta gua berhenti. Namun gua terus menggenjotnya beberapa menit sampai gua mencapai klimaks.
"Ha.. ha.. ha.., akhirnya ngaku kalah juga lu Sin..!" dengan bangga.
"Licik, gua kan masih sakit, tunggu aja kalo gua sembuh nanti Ben..!" balasnya.
Walaupun gue menang darinya, namun terus terang gua sendiri merasakan kelelahan yang amat sangat. Butuh waktu dan tenaga extra untuk menaklukkan gadis berpengalaman seperti dia.
Gua menggendongnya kembali ke ranjang, kami berbaring menyamping berhadapan.
Lalu dia tersenyum, sambil mencolek hidung gua yang emang bikin gua keliatan tambah ganteng dia berkata, "Nakal juga yah lu, tega-teganya ngentotin ceweknya sobat loe sendiri."
"Ah, lu juga Sin, masa cowoknya saudara lu (Sinta dan Vivi masih saudara jauh) juga lu ajak gituan..!" gua skak balik dia.
"He.. he.. he.. ngga apa-apalah sekali-sekali selingkuh, yang penting kan hati gua tetap buat Andry dan hati lu tetap buat Vivi, ya ngga ben, it just sex, not love..," jawabnya.
Gua ngambil dan mengenakan kembali pakaian gua, lalu gua bantu dia memakaikan pakaiannya. Waktu sudah menunjukkan lebih dari jam 12 malam.
"Sin, gua mau balik dulu, cepet sembuh yah, bye..," sambil mengecup keningnya.
Sampai di kamar, gua langsung tertidur kelelahan. DIAMOND SLOT
DIAMOND SLOT adalah games SLOT terpopuler di ASIA
DIAMOND SLOT menyediakan berbagai macam jenis SLOT , TEMBAK IKAN , dan BACARAT
Cocok sekali dimainkan di waktu luang dan untuk membuang suntuk.
http://zsyl.org
#slot #aplikasi #game #gameonline #tembakikan #slotgame #bacarat #diamond #diamondslot #vietnamslot #asiaslot #zsyl
Add caption |
CROWN9 FREECHIP - Awal aku mengenalnya pada saat dia mengundang perusahaan tempatku bekerja untuk memberikan penjelasan lengkap mengenai ...