Thursday, October 29, 2020

DI AJARIN KAK JOVITA

 

CROWN9
CROWN GAMES

CROWN9 - Nama saya Charles, umur 28 Tahun. Saya sekarang ini masih single alias bujangan dan masih tinggal bersama orang tua. Saya mempunyai seorang kakak, namanya Jovita. Umur kakak saya sekarang ini 35 Tahun dan telah bersuami namun belum memiliki anak.

Hal yang saya alami ini terjadi sekitar 8 tahun lalu. Pada saat itu saya masih berumur 20 tahun dan kakak saya berumur 27 tahun. Sejujurnya nafsu sex saya sangat besar, dan juga berkeinginan untuk ML. Namun hal itu tidak berani saya lakukan karena rasa takut akan akibat yang nantinya terjadi. Oleh karena itu, saya sering melampiaskannya dengan onani sambil menonton film porno di kamar.

Kakak pada saat itu masih berpacaran, tubuhnya lumayan lah. Kulitnya putih, badannya tidak terlalu tinggi, mata besar serta buah dadanya yang berukuran sedang. Sebesar telapak tanganku, kira-kira ukurannya 34 B.

Pagi itu papa dan mama membicarakan masalah liburan keluarga bersama kami. Rencananya mereka ingin pergi berlibur ke Malaysia. Saya dan kakak senang akhirnya kami sekeluarga bisa pergi berlibur bersama-sama karena selama ini kami tidak pernah ke Malaysia bersama.

Seminggu kemudian kami pun berangkat ke Malaysia menggunakan Air asia. Perjalanannya menghabiskan waktu 3 jam. Setibanya kami di Malaysia, kami langsung menuju ke hotel untuk beristirahat. Papa dan mama sekamar, sedangkan saya dan kakak juga sekamar.

Pada malam harinya, kulihat kakak sudah tertidur pulas. Mungkin karena kecapean dan aku pun sedang mempersiapkan diri untuk beristirahat. Pada waktu hendak menuju tempat tidur, handphone kakak bergetar, kulihat ada SMS yang masuk. Karena rasa ingin tahu, saya membuka isi SMS itu yang ternyata dari pacar kakak. Kubaca SMS yang dikirim dari pacar kakak isinya hanya ucapan selamat malam dan mimpi indah. Namun di bagian bawah SMS itu terdapat kata yang membuatku kaget. Di bagian akhir SMS itu tertulis " Sayang nanti kalau kamu pulang, bantu ngemut burung ku yach ? Nanti aku juga akan membantu untuk membuatmu orgasme..hehehe.Enak rasanya.."

Setelah kubaca isi SMS itu aku kaget bukan main. Tak kuduga kakak sudah pernah ML bersama pacarnya. Aku simpan kembali handphonenya. Aku akan menanyakannya besok pagi pikirku dalam hati.

Keesokan harinya, waktu aku bangun kakak baru keluar dari kamar mandi. Kakak baru bangun yah ? kataku. Ia habis pipis nih, katanya. Sewaktu ia naik ke tempat tidurnya, aku pun memberanikan diri untuk menanyakan hal semalam yang kubaca dari handphonenya.

Kak, ada yang ingin Charles tanyain. Ada apa ? jawabnya. Apa kakak sudah pernah ML sama pacar kakak ? Mendengar pertanyaanku, muka kakak tiba-tiba pucat. Ia terdiam sejenak, lalu ia kerkata dengan perlahan ia Charles kakak sudah pernah ML dengan pacar kakak. Koq kamu tahu ? tanyanya, ia kak tadi malam handphone kakak bergetar dan tidak sengaja aku baca isi SMS dari pacar kakak. Charles minta maaf yah. Iya-iya ngak apa koq.

Lalu aku melanjutkan bertanya Kak enak yah ML ? dia menjawab pertama kali sih sakit dan perih karena kakak masih perawan, tapi setelah itu rasanya enak banget. Kamu jangan ngomong ke papa sama mama yah. Iya jawabku sambil memperhatikan kakak berbicara.

Kak bisa jelaskan ke aku gimana cara ML itu ? tanyaku,

Susah untuk di jelaskan nih. Emang kamu belum pernah coba yah ? tanyanya.

Belum pernah kak, jawabku.

Kamu mau kakak ajarin ? jawabnya.

Mendengar kakak berbicara itu aku kaget. Loh kak mana bisa kita gituan ? Jawabku.

Emang sih sebenarnya ga bisa, itu kan sama aja hubungan terlarang, bisa-bisa dosa. Tapi kalau kamu mau tahu rasanya gimana yah harus coba prakteknya. Gimana ? tanyanya.

Tapi kalau kakak nanti hamil gimana donk ? tanyaku.

Kan bisa pakai kondom ? jadi ga bakal hamil deh. Kamu nanti pergi beli kondomnya di mini market yang ada di luar hotel yah. Ntar malam kakak ajarin. Jawabnya.

Iya kak nanti aku beli. Jawabku. 

Kami pun segera bersiap untuk pergi bersama papa dan mama untuk mengunjungi tempat-tempat wisata yang ada di Malaysia. Setelah makan malam di luar hotel papa, mama dan kakak sudah kembali ke kamar, tapi aku menyempatkan diri pergi ke mini market untuk membeli kondom dulu baru balik ke kamar.

Sesampainya di kamar, kulihat kakak baru selesai mandi dan masih mengenakan handuk untuk menutupi bagian tubuhnya. Kamu dari mana ? tanyanya. Dari mini market kak, kan tadi pagi di suruh beli kondom, jawabku. Oh iya kakak sampai lupa. Papa dan mama sudah tidur ? tanyanya. Rasanya sudah kak, soalnya tadi sewaktu aku ketuk pintu kamarnya ga ada yang bukain.

Kamu pergi mandi sana, perintahnya. Iya kak, jawabku.

Sehabis mandi, aku juga mengenakan handuk untuk menutupi bagian bawah tubuhku. Sewaktu keluar dari kamar mandi, kulihat kakak sudah berada di atas tempat tidurnya sambil membuka bungkus kondom yang baru kubeli tadi.

Kemari naik ke tempat tidur kakak, perintahnya.

Iya kak, jawabku. SLOT ONLINE

Sekarang kamu lihat yah baik-baik tubuh kakak. Belum sempat aku menjawab, kakak sudah membuka handuk yang tadi ia pakai untuk menutupi tubuhnya. Sentak aku kaget dan terdiam melihat tubuh kakakku yang begitu mulus serta buah dadanya yang menggantung dan kulihat vaginanya yang tidak di tumbuhi oleh bulu. Mungkin kakak juga memotong bulu nya, pikirku dalam hati karena aku juga memotong bulu yang berada di sekitar burungku.

Masih asyik melihat tubuh kakak, tiba-tiba kakak berkata " sini kamu pegang atau apakan buah dada kakak terserah kamu deh ". Dengan hati-hati aku memegang buah dada yang berukuran 34 B itu. Begitu aku memegang buah dada nya, Nampak wajah kakak yang sedang menikmati sentuhanku. Kesempatanku untuk mempraktekkan aksi pemain video porno yang aku sering nonton di kamar. Pikirku dalam hati.

Sambil memegang, aku sedikit meremas dan memutar-mutar puting susunya. "Oh umm"suara yang keluar dari mulut kakak. Semakin bersemangat aku beraksi mendengar suara kakak yang terangsang. Aku langsung mencium dan mengisap puting susu nya. Sesekali aku gigit kecil putingnya. Sungguh nikmat rasanya. Rupanya ini rasanya mengulum buah dada, pikirku dalam hati. Namun aku tak mau pikirkan itu, aku lanjutkan aksiku dengan meremas buah dada sebelahnya..tiba-tiba ia menarik kepalaku.

Kakak sudah basah, sini buka handuk kamu. Aku pun membuka handuk yang menutupi sebagian tubuhku.

Melihat burungku yang sudah berdiri tegang, kakak tersenyum dan langsung menarik tubuhku sampai aku tertidur di ranjang. Tiba-tiba dia sudah berada di dekat selangkanganku dan sudah memegang burungku . aku merasa sensasi yang belum pernah kurasakan. Sambil memegang kakak berkata sekarang kamu rasakan gimana enaknya di emmut..

Tangannya langsung mengocok burungku sambil sesekali lidahnya ia permainkan di sekitar kepala burungku.."oh enak sekali kak jangan berhenti" kataku..

Semakin bersemangat ia beraksi setelah mendengar eranganku, tiba-tiba burungku ia masukkan ke dalam mulutnya sambil mengisap dan mengocoknya. Muka ku merasa panas. Setelah kakak puas memainkan burungku, kakak menyuruhku untuk membelai vaginanya.

Aku patuh dengan perintahnya. Begitu ku belai, ia tersentak dan memegang dadanya sendiri. Ku coba menggerakkan tanganku di daerah klitorisnya. Ia pun seperti keenakan dengan tindakanku. Semakin bersemangat aku bermain di sekitar klitoris kakak. Kucoba mainkan dengan lidahku sambil sesekali aku gigit klitorisnya dan menghisapnya..sensasi ini sungguh luar biasa jantungku berdetak kencang

Ohh..enak sekali kamu buat kakak basah sekali Charles. Sering nonton bokep yah ? tanyanya.

Ia kak..jawabku sambil tersenyum. Pantess jawabnya.

Sini burungmu, kakak pakaikan kondom. Kakak sudah ga tahan. Selesai memakaikan kondom, kakak menyuruhku berbaring.

Ternyata dia suka dengan posisi Women on Top. Begitu aku berbaring, ia memegang burungku dan berusaha untuk memasukkannya ke dalam vaginanya yang sudah basah karena aksiku tadi. Begitu burungku menyentuh bibir vaginanya, ia mendesah. Akhh .ahhkk  dan masuklah burungku ke dalam vaginanya.

Dia pun menggerakkan badnnya dengan lincah sambil sesekali memutarkan pinggulnya. Sungguh nikmat rasanya.. "kak enak banget kak.. rasanya seperti di jepit-jepit kak.enakk ouhhh ohh".mendengar suaraku kakak semakin memompa tubuhnya yang sedang berada di atasku..

"akh akkh enakk oh".

Aku sudah mau orgasme Charles..akh semakin ia percepat gerakannya 2menit kemudian kakak pun orgasme. "Ackhhh akuu datang ahhh "kurasa cairan panas yang mengalir turun di sekitar burungku. Kupikir itu adalah cairan milik kakak karena orgasme tadi..ia pun tersenyum melihatku.

Lalu aku dengan berani meminta kakakku untuk mengganti posisi. Sekarang aku mau ia nungging alias Doggy Style. Ia pun tersenyum dan menuruti kata-kataku. Begitu ia sudah nungging kulihat vaginanya dari belakang, sungguh nikmat melihat vaginanya karena daging di sekitar bibir nya begitu tebal. Perlahan ku masukkan burungku ke dalam vaginanya, oh hangat sekali..yang ini lebih enak di bandingkan waktu kakak mengemut burungku..dengan kaku ku gerakkan maju mundur pantatku..dia pun mencoba menuntunku dengan menggerakkan pantatnya maju mundur..

Lama kelamaan gerakanku mulai stabil dan tidak kaku lagi.. sesekali aku meremas buah dada kakak yang Nampak menggantung dari belakang sambil kucium pundak dan lehernya..ia pun mengerang dengan hebat serta semakin liar menggerakkan pantatnya. Nikmat sekali kak akhh ku pegang pinggulnya sambil ku maju  mundurkan pantatku..sesekali ku dorong keras-keras pantatku sehingga burungku masuk lebih dalam lagi ke vaginanya.."akhhh enak kamu pinter juga yah Charles..ahh.."desahan kakak.

10 menit lamanya burungku berada di dalam vaginanya, dan kurasa spermaku akan keluar..kupercepat gerakanku dan sepertinya kakak mengerti kalau aku akan orgasme, diapun makin mempercepat gerakan pantatnya.."akh.kak.oh .ouhhh akkuu suudahh..mauu ..oh..keluar "serasa kaki, lutut, paha dan pinggangku terkunci dan kakak langsung mencabut burungku dari vaginanya dan dengan cepat ia membuka kondom yang terpasang di burungku.

Ia pun langsung mengocok dan memasukkan burungku ke dalam mulutnya croot ccrrooott .kurasa badanku tersentak beberapa kali sungguh nikmat rasanya .begitu selesai kakak mengeluarkan sperma yang ada di dalam mulutnya. Aku pun langsung berbaring di tempat tidur..kami melewati malam yang indah di Malaysia. Ia pun dengan wajah kecapean berkata, gimana enakkan rasanya ??

Iya kak rasanya enak banget..terima kasih sering-sering yah kalau bisa..sambi tersenyum kakak mencubitku dan berkata enak aja..nanti kita lihatlah gimana, jawabnya.

Kami pun melewati liburan dengan bahagia bersama papa dan mama. Sampai sekarang kami berdua masih sesekali bercinta kalau suami kakak sedang keluar kota. CROWN9

CROWN9



Tuesday, October 27, 2020

MALAM PERTAMA CITRA

 

crown9
CROWN GAMES

CROWN9 - Aku hanyalah gadis biasa, meski banyak orang yang bilang kalau aku cantik. Dan di usia 19 tahun ini, aku sudah menikah dengan seorang laki-laki bernama Ferdi. Bagaimana aku bisa menikah dengannya? Itu semua karena kakek Ferdi.

Orang tuaku meninggal saat aku masih SMA. Mereka mengalami kecelakaan beruntun di jalan tol. Karena orang tua Ferdi sudah menjadi teman baik orang tuaku, maka dengan senang hati mereka menganggapku sebagai anaknya juga. Mereka berharap aku bisa menjadi keluarga mereka dengan menikahi Ferdi. Tapi itu tidaklah mudah.

Aku dan Ferdi tidak pernah akrab sejak pertama kali bertemu. Sifatku yang dingin ini, membuatku menjaga jarak dengannya. Bahkan ketika aku pindah ke sekolah yang sama dengannya, tidak ada yang mengetahui bahwa kami tinggal dalam satu atap.

Hingga setengah bulan yang lalu saat aku sudah hampir selesai kuliah, kakek Ferdi sakit dan ingin melihat kami menikah. Aku tidak mau, tentu saja. Tapi apa kau bisa menolak keinginan mereka-mereka yang sudah mengasihanimu? Tentu saja tidak!

Akhirnya aku menikah dengan Ferdi dan setelah itu kesehatan kakek semakin membaik. Ia memberikan sebuah apartement kepada kami berdua untuk ditinggali.

Tentang Ferdi, aku memang menjaga jarak dengannnya. Ia adalah laki-laki yang populer. Begitu banyak wanita yang mendekatinya dan itu membuatku muak! Kenapa aku selalu bersikap dingin kepadanya? Itu karena aku bukan gadis-gadis bodoh seperti mereka.

Jika kalian bertanya apakah aku mencintai Ferdi, aku tidak tahu. Tapi yang jelas aku menyukainya. Mungkin terlalu menyukai hingga ia selalu datang dalam mimpiku dan menjadi fantasiku. Menjadi karakter di setiap tokoh yang kutulis.

Ya, aku suka menulis di blog pribadiku. Mungkin dengan begini aku bisa menghidupkannya walau dalam imajinasiku. Karena terus terang, rumah tangga yang kujalani saat ini sangat terasa hambar. Mungkin salah satu sebabnya itu aku, dan aku terlalu egois untuk bertindak lebih dulu.

Hari ini aku bangun lebih pagi. Seperti biasa, kubuatkan sarapan untuk Ferdi. Setelah selesai masak, aku pergi ke kamarnya. Ini kebiasaan buruknya. Ia tidak bisa bangun pagi dan mengharuskanku untuk membangunkannya.

Ah, ada yang lupa. Selama ini aku dan dia tidur di kamar yang terpisah. Ini keinginanku. Entahlah kenapa aku selalu menjaga jarak dengannya, mungkin aku merasa tidak pantas untuknya.

Kubuka tirai kamarnya kemudian menghampirinya. Sesaat aku terdiam menatapnya. Jika kau bertanya siapa orang paling tampan di dunia ini, maka dengan pasti aku akan menjawab itu suamiku.

Fer, bangunlah!! aku menggoyang-goyang tubuhnya pelan, Ferdi,

Laki-laki itu tidak bergerak sama sekali. Ok, ini tidak biasanya. "Ferdi!!" kuguncang dengan keras tubuhnya. Tidak ada reaksi.

Aku mulai khawatir. Kusibak selimutnya, "Fer, bangunlah," kutepuk-tepuk pipinya, "Fer... uwaaaa..." aku menjerit kaget saat sepasang tangan kekar menarikku hingga jatuh di atasnya kemudian berguling hingga kini ia menghimpitku.

"Fer, apa yang kau lakukan?!" teriakku, tapi laki-laki itu tidak menjawab dan malah membenamkan wajahnya ke dalam leherku. Jantungku terasa berhenti berdetak. Tuhanku... apa yang terjadi? Tapi kemudian ia membebaskanku dengan berguling ke samping. Ia menggeliat pelan sambil menguap lebar-lebar.

"Kenapa kau ada disini?" tanyanya bingung saat melihatku ada di sebelahnya

Aku bangun sambil mendengus pelan, "Sarapanmu sudah kusiapkan," ucapku datar, kemudian keluar dari kamarnya. Aku kembali ke kamarku dan masuk ke dalam kamar mandi. Astaga, kenapa jantung ini berdebar begitu keras?!

Setelah mandi, aku makan bersama dengannya. Hal ini sangat jarang kami lakukan. Biasanya aku lebih dulu pergi ke kampus jika ada kuliah pagi.

"Apa itu?" tanyanya sambil menatap sayuran yang kumakan.

Aku menatapnya heran. Tidak biasanya ia berbicara saat makan. "Kau mau?" tanyaku ragu.

Ferdi memajukan tubuhnya sambil membuka mulutnya, tanda ingin aku menyuapinya. Ada apa dengannya hari ini?

Dengan ragu aku menyuapkan sayur itu ke dalam mulutnya. Ia mengunyah pelan kemudian tersenyum, "Terima kasih," katanya pelan.

Dan aku, hanya bisa terpaku melihatnya. CASINO ONLINE

Sialan, pikiranku benar-benar tidak bisa fokus. Tingkahnya hari ini sangat aneh. Hingga kuliahku selesai aku masih terus memikirkannya. Ada apa dengannya hari ini? Atau ada apa denganku?

Aku masuk ke dalam apartement dan melihatnya sedang asyik main psp. Sepertinya ia tidak ada kelas hari ini. Oh ya, selain menjadi mahasiswa, Ferdi juga bekerja sampingan sebagai penulis lagu. Dan kuakui suaranya benar-benar memabukkan.

"Sudah pulang?" tanyanya.

Aku mengerutkan keningku. Tidak biasanya dia bertanya seperti ini. "Ya," jawabku pelan.

"Aku lapar, bisa membuatkan makanan untukku?" tanyanya lagi.

"Tunggu sebentar," sahutku.

Aku menukar pakaianku kemudian membuatkannya mie, setelah itu aku masuk ke dalam kamarku. Kubuka laptopku dan mengecek blogku. Aku mengerutkan kening saat mendapati sebuah tulisan yang kubuat sangat mirip dengan yang dilakukannya hari ini. Ini tidak mungkin terjadi... aku menepis bayangannya dan mulai masuk ke dalam imaginasiku dimana dia hanya menjadi milikku seorang.

Entah berapa lama aku menulis, tubuh ini terasa pegal. Kurenggangkan tubuhku sambil melirik jam. Pukul delapan. Ternyata sudah malam.

Kudengar pintu kamarku terbuka, aku tahu itu dia, "Ada apa?" tanyaku tanpa menoleh ke arahnya.

"Apa kau sedang menulis?" ia bertanya.

Aku terdiam sesaat, bagaimana dia bisa tahu jika aku suka menulis?

"Kenapa? Kau heran aku mengetahuinya... citraciki?"


Kali ini aku langsung menoleh ke arahnya. Bagaimana bisa dia tahu nama Id-ku di blog?! "k-kau... tahu?" tanyaku bingung.

Dia tersenyum sambil berjalan lambat menghampiriku, membuatku gugup.

"Aku tidak tahu kalau aku selalu menjadi fantasimu, nona Citra Kirana... apa kau begitu menginginkanku?"

Aku membeku mendengarnya, "Kau tidak suka?"

"Ya, aku sangat tidak suka! Mengapa kau begitu dingin dihadapanku, sedangkan selalu berimajinasi bersamaku di tulisanmu?"

Aku hanya menelan ludahku. Apa yang harus aku jawab?

"Bagaimana dengan tingkahku tadi? Apa sudah mirip dengan skenario yang kau tulis?"

Aku terheyak mendengarnya. Jadi dia memang sengaja?! "Kau membaca tulisanku?" tanyaku tidak percaya.

Ferdi tersenyum berbahaya, "Ingatlah untuk memberi pasword pada laptopmu,"

"Well, thanks,"

"Hanya itu? setelah menjadikanku object fantasimu dan kau hanya bilang terima kasih?!" tanyanya sambil naik ke tempat tidur, mendekatiku.

"Lalu apa maumu?" tantangku.

Dia mendorongku dengan kasar hingga aku jatuh ke tempat tidur, menyingkirkan laptopku kemudian duduk di atas pahaku. "Sekarang, aku ingin kau mengikuti skenario yang kubuat," ucapnya sambil mendekat ke wajahku hingga kini ia menghimpit tubuhku.

"Dan ini sekenarioku, bisiknya pelan, membuat tubuhku menegang mendengarnya. Bagaimana menurutmu? Kau takut?"

"Tidak!" jawabku tegas sambil menatap matanya.

"Benarkah?" ia tersenyum setan.

"Aku punya status, Fer. Statusku adalah istrimu, jadi aku tidak takut dengan apa yang kau lakukan!"

"Itu bagus, jadi aku bisa dengan lancar membuat skenario ini denganmu,"

Aku memalingkah wajahku ke samping. Aku benci melihat tatapannya yang bisa membuatku luluh seketika. Sepertinya ia bisa mendengar jantungku yang menghentak keras. Kesalahan pertama! Itu malah membuatnya leluasa untuk mengecup leherku.

Ada rasa aneh yang menjalar ketika bibirnya menyentuh kulit leherku. Membuat syaraf-syaraf di tubuhku lumpuh. Kugigit bibir bawahku. Tanganku mencengkeram kaos di pinggir pinggangnya.

Ferdi menggigit kulit leherku lembut kemudian menghisapnya kuat, membuatku menutup mata erat-erat. Decakan-decakan bibirnya yang menjelajahi leherku terdengar begitu menggairahkan. "Mmmhhh... Hhhh..."desahnya begitu merdu terdengar di telingaku membuat perutku seperti diaduk-aduk.

Bibirnya bergerak pelan ke tengah leherku membuatku mendongak, memudahkannya untuk menyusurinya. Detak jantungku mulai tidak beraturan. Nafasku mulai tersegal. Bibir Ferdi terus merambat ke sisi lain leherku dan semakin naik ke atas, ia menggigit lembut telingaku. Terpaan nafasnya yang hangat, nyaris membuatku hilang kendali.

"Jangan ditahan... bisiknya sepelan angin. Ayo kita bernyanyi bersama, dan saling menulis skenario di atas tubuh ini,"

"Oooohh..." pertahananku hancur saat tangannya meremas dadaku lembut. Rasanya ada ribuan kupu-kupu yang terbang di dalam perutku. Aku menggeliat pelan dalam dekapannya. Ia masih terus meremas dada kiriku sementara bibirnya masih menyusuri leher bagian belakang telinga kananku.

"Nngghhh..." desahnya lembut disela-sela bunyi decakan dari kecupannya.

Tiba-tiba saja ia bangun sambil menarikku. Kini kami berdua dalam posisi duduk dengan dia duduk di pahaku. Dilepasnya kaos longgar yang kupakai, kemudian tangannya bergerak ke belakang bersama dengan bibirnya yang mengecupi setiap inci bahuku.

"Nngghh... hhhh..." desahku pelan. Bibirnya merambat ke tengkukku dan berhenti di satu titik, membuat cupang disana. Kuhirup aroma tubuhnya yang lembut. Kukecup lehernya pelan. ia mendesah semakin keras. Lalu kugigit dengan lembut.

"Aaaaarrrrggh..." erangnya tertahan. Tangannya bergerak membuka kait braku kemudian membuang benda itu entah kemana. Dan dengan cepat ia melepaskan kaosnya sendiri kemudian mendorongku untuk kembali tidur.

ia mencium keningku lembut. Mataku, pipiku, hidungku kemudian bibirku. Ciuman pertamaku... ditekannya lembut bibirku. Aku merasa jantungku sudah berhenti saat merasakan lidahnya menjilati bibirku, membasahinya. Ia melumat lembut sambil menekannya semakin dalam, membuatku tergoda untuk membalasnya.

"Mmmhh..." desahan-desahan kami terdengar kontras bersama decakan-decakan bibir kami yang memenuhi ruang kamarku itu.

Aku merasakan lidahnya mencari celah untuk masuk ke dalam mulutku. Kubuka mulutku, membiarkan lidahnya masuk untuk bertemu lidahku. Saling membelit dan bertukar air liur. Bibirnya terasa sangat manis dan lembut, membuatku ingin terus mengulumnya. Kuhisap lidahnya di mulutku dan ia menjerit tertahan. Sesekali ia memberi jeda untuk kami mengambil nafas selama dua detik.

Tanganku terangkat mengusap punggung telanjangnya yang basah oleh keringat. "Nnggh... Fer..."aku merasakan jari telunjuknya menari-nari diatas kedua buah dadaku. Seperti ular yang menyusuri permukaannya dengan tarian gemulainya. Kemudian diremasnya payudara sebelah kiriku lembut.

"Aaaahhh..." aku menggeliat dalam himpitan tubuhnya. Bibir Ferdi turun ke bawah mencium daguku... leherku... ia mengecupi belahan dadaku sebelum akhirnya ia menjilati puting dada kananku. Dikulumnya puting payudaraku dan dimainkannya dengan lidah di dalam mulutnya, sementara ia masih meremas payudara kananku dan memilin-milin putingnya. Memutarnya sambil menekan-nekannya lembut.

"Sssshhh..." perutku terasa diaduk-aduk semakin cepat. Bagian bawah pada tubuhku berkedut-kedut dengan cepat. Kakiku tidak bisa diam dan terus bergerak menggesek kakinya.

Ferdi menyedot putingku kuat-kuat kemudian menggigitnya dan mengunyahnya renggang-renggang, membuat buah dadaku itu mengeras. Kemudian ia berpindah ke sebelah kanan dan melakukan hal yang sama. Aku meremas rambutnya yang halus. Dalam imaginasiku-pun dia tidak seperti ini.

Tiba-tiba ia melepaskan hisapannya kemudian bangun dan melepaskan hotpansku beserta celananya sendiri. Aku memejamkan mataku tidak ingin melihat tubuh kami yang telanjang. Entahlah aku merasa sangat malu saat melihat ia menatap tubuh polosku.

Ia menindih tubuhku lagi, "Berbaliklah..." bisiknya pelan di telingaku.

Secara reflek otakku mengikuti bisikannya dan berbalik hingga kini aku tengkurap. Ia menyibak rambutku dan mengecupi tengkukku. "Nngghh... Fer... aah..." tanganku meremas seprei. Bibirnya masih membuat cupang saat tangannya menyusup ke depan dan memilin putingku lagi. "Aaasshh..."aku mendesis tertahan.

"Mmmmhh... hhh..." desah Ferdi terdengar jelas di telingaku, nafasnya yang berat seolah memancing nafsuku. Ia menggigiti daun telingaku dan mengecupi bahuku, punggungku.

Aku bisa merasakan miliknya yang ujungnya berlendir menari-nari di atas pantat bawahku. Menggeseknya pelan seirama gerakan tubuhnya. Puas ia mengecupi seluruh punggungku, tangannya menarikku untuk berbalik menghadapnya lagi. Ia melumat bibirku lagi. Mengemut atas dan bawah bergantian. "Nnghh..." aku mendesah merasakan penisnya yang kali ini menggesek-gesek pahaku. Kurenggangkan kakiku sedikit kemudian menjepit penisnya dengan kedua pahaku.

"Aaaaaarrrghhh..." ia melepaskan ciumannya dan mengerang hebat. Ferdi beranjak dari tubuhku kemudian menarikku untuk bangun. Ia bersandar di headboard ranjang dan meletakkan tanganku di penisnya, "Puaskan aku, Cik... hhh..."

Aku hanya diam. Tanganku gemetar, ini pertama kalinya aku melakukannya. Rupanya Ferdi tidak sabar. Ia menggenggam tanganku dan menuntunku untuk mengocok miliknya. Kuremas perlahan penisnya, "Aaaahhh... terus seperti itu..." desahnya sambil memejamkan mata.

Aku mengikuti gerakannya, kemudian ia melepaskan tangannya membiarkanku melakukannya sendiri. Penisnya terasa sangat keras, urat-urat syarafnya yang menegang terlihat jelas. Ada cairan bening yang keluar dari ujung penisnya yang berkerut karena terangsang. "Aaaahh... terus, sayang... aaah... racaunya. Yaah... seperti itu... hhhh..."

Tiba-tiba tangannya memegang kepalaku dan mendorongnya pada penisnya, memaksaku untuk menciumnya. Kuikuti sekenario yang diinginkannya. Kukecup ujung penisnya yang basah. Ia mendesah semakin keras.

Kujilati ujungnya, kemudian turun ke bawah. Kugelitiki kantung zakar-nya dengan lidahku kemudian kukulum dan kusedot kuat-kuat. "Aaaarrghh... Ciki sayang... ooohhh..." dapat kurasakan tubuhnya yang menegang. Tangannya meremas kuat rambutku.

Kukecupi permukaan penisnya dengan lembut kemudian kumasukkan ke dalam mulutku, kukulum naik turun dengan irama teratur. Kugelitiki lubang penisnya dengan lidah di dalam mulutku seperti yang dilakukannya pada putingku tadi. Kubelah lubang yang berkerut itu dan kumasukkan ujung lidahku.

"Cik... oooh... itu sangat nikmat... hhh..." rintihnya. Kuemut terus penisnya naik turun, kuhisap kuat-kuat. Kemudian aku merasa miliknya berdenyut kuat dan, "Aaaaaaarrrrgghhhhhh" Ferdi melenguh bersama dengan cairan yang menyemprot keluar dari penisnya. Cairan putih kental yang langsung menerobos ke tenggorokanku, membuatku hampir tersedak.

Ia menarik tubuhku ke atas dan melumat bibirku, membersihkan cairannya yang tersisa di bibirku. Kali ini ciumannya begitu lembut, tidak menuntut. Kemudian ia berguling ke samping hingga aku yang berada dibawah kini. Ia melepaskan ciumannya dan meraih daguku, mengecupnya, kemudian terus turun ke bawah, ke arah leherku. Lalu ia mengecupi belahan dadaku sementara kedua tangannya memilin kedua putingku.

"Aaaahh... oooh... sssh..." aku meggeliat pelan. Ciumannya terus turun ke bawah. Ke perutku. Ia berhenti sejenak sambil membenamkan wajahnya di perutku. Nafas hangatnya terasa sangat nyaman. Kuusap lembut kepalanya, kemudian ia duduk sambil merenggangkan kakiku. Membuka pahaku. Teramat pelan, ia mengecup pahaku bagian bawah.

"Aaaahh... sshh..." tubuhku menggelinjang merasakan bibirnya yang seperti keong, merayap menelusuri pahaku dan semakin jelas kemana bibirnya akan mengarah.

"Oooohh... Fer... aaah..." Kini bibirnya sampai di selangkanganku dan ia mulai menjilat dengan lidahnya. Jantungku bergemuruh, berdetak seakan-akan ingin meledak. Vaginaku berdenyut-denyut cepat merasakan sensasi jilatannya.

"Oooohh..." Ia menjilat daging vaginaku yang sudah membengkak. Kemudian membelah lipitannya dan menggelitik klitorisku. Dikecupinya kemudian disedotnya kuat-kuat.

"Aaaaakkh..." aku menggelinjang sambil mengalungkan kakiku pada lehernya. Menekan kepalanya semakin dalam ke miss V-ku.

"Mmmmhh..." lidahnya turun ke bawah, menyapu lubang vaginaku yang basah dan becek. "Aaaah... Ferdii... uuughh..." aku meremas rambutnya sambil menjepit kepalanya dengan pahaku. Lidahnya masih menari-nari di sekitar lubang vaginaku, kemudian teramat pelan lidah itu menyeruak, masuk ke dalam lubang vaginaku.

"Aaaakkh..." aku menjerit tertahan. Ia menyedot kuat lubang vaginaku dan menggelitiki bagian dalamnya dengan lidahnya yang menari dengan lincah.

"Aaah... aah... Fer... aah..." kurasakan sesuatu ingin meledak dari dalam tubuhku. "Aaaaaarrgh..."aku melenguh dan mengeluarkan cairan dari vaginaku. Miss V-ku berdenyut lambat dengan kuat. Apa ini? Kenapa rasanya sungguh teramat nikmat?

Ferdi masih menjilati miss V-ku, merasakan rasa dari cairanku yang keluar barusan saja. Lalu ia mengusap cairan itu dengan jarinya dan mengoleskannya di bibirku, memasukkan jarinya ke dalam mulutku. Kukulum jari tangannya seperti aku mengulum juniornya. Ia mendesah pelan kemudian menarik lagi jari tangannya dari mulutku, menggantinya dengan bibirnya. Kami berciuman lagi sambil bermain lidah. Kakiku masih memeluk lehernya dan dibawah sana, kurasakan ujung penisnya sedang menggesek-gesek permukaan miss V-ku. SLOT ONLINE

"Aaah... mmhh..." decekan-decakan bibir kami terdengar begitu menggairahkan. Dan sekarang, bagiku, suara yang paling indah di dunia adalah suara desahannya.

"Aaaaakkh... hhmff..." aku menjerit tertahan saat merasakan penisnya menerobos masuk ke dalam lubang vaginaku. Ferdi lekas membungkam mulutku dengan ciumannya. Rasanya perih, seperti luka saat kau setelah jatuh.

"Hhhh... ngghhh...' aku meringis menahannya sambil menggigit bibir Ferdi.

"Aaaah..." Ferdi mendesah sambil berusaha memasukkan penisnya di bawah sana.

Air mataku mengalir tanpa kusadari. Rasanya penar-benar perih. Tanganku sampai menjambak keras rambutnya. Ferdi terus mendorong miliknya hingga masuk sepenuhnya ke dalam vaginaku. Rasanya penuh sesak dan perih. Ia melepaskan ciumannya dan menjilat bekas air mataku.

"Maafkan aku..."bisiknya di telingaku. Ia diam sebentar sambil merapikan rambutku yang berantakan di dahi. Kemudian perlahan, digerakkannya pinggulnya naik turun dengan teramat pelan.

"Uuuggh... aaah... Ferdii..." desahku sambil menggigit kulit lehernya. Sensasi yang ditimbulkannya benar-benar tidak bisa dinalar.

"Hmmhh... hhh... aah...' penisnya menggesek dengan tempo lambat. Rasa perih itu tertutupi dengan rasa baru yang ditimbulkannya, yang anehnya ternyata nikmat.

"Aaaahh... Fer... mmhh... teruskan..." racauku. Aku seperti hilang akal. Pikiranku menguap entah kemana. Yang kurasakan saat ini, kami telah menjadi satu, dan aku sudah menjadi istri yang sesungguhnya. Namun ini adalah sekenario yang dibuatnya. Entah aku harus merasa bahagia atau tidak, yang jelas, kugunakan waktu ini untuk menikmati saat-saat indah bersamanya.

"Oooouughh... aaah... Citra... oooh..."

Aku sangat suka mendengar desah suaranya. Kuusap peluh yang ada di dahinya dengan lembut. Ia mempercepat tempo gerakannya, membuatku menggelinjang. "Fer... aaah... aah... ngghh..."

Penisnya menggesek dinding vaginaku dan menghentak kuat di mulut rahimku, menyentuh G-spot ku. "Aaaah... ssshh... mmmh..." aku merintih.

"Hhhh... oooh... aaahh..." Ferdi ikut mendesis.

"L-lebih cepat, Fer... oooh... uuugh..."

Dihisapinya kulit leherku sementara ia semakin mempercepat gerakannya. "Aaaah... uummhh..."pinggulku bergoyang mengikuti gerakannya. Bunyi benturan alat kemaluan kami terdengar sangat menggairahkan.

"Aaaahhh... sayang... ooh..."

"Lebih dalam, Fer... ssssh... aaah... aaah..."

"Aaaakhh... Citra... ooh... ssshh..."

Ia memperdalam tusukannya dan mempercepat gerakannya. Ada yang ingin meledak sama seperti saat pertama tadi. Tapi ini lebih kuat. Ruangan terasa panas, padahal jendela kamar tidak pernah kututup. Tubuh kami sudah basah dan lengket oleh keringat juga cairan-cairan dan air liur dari kecupan-kecupan.

Tubuh Ferdi mengejang. Ia semakin kuat menghentak ke dalam vaginaku. Ujung penisnya membentur keras dinding rahimku. Vaginaku terasa semakin sesak karena batangnya yang semakin membengkak.

"Aaaah... uuumhh... aahh... sshhh..."

"Fer, ooh... aah... ahh... aah..."

"Aaaahh... aah... aaaaaaaaarrrgghh" tepat dimana titik itu melebihi batas maksimum, seperti terjadi ledakan pada kami bersamaan dengan suara lenguhan kami.

Tubuh kami berdua mengejang. Vaginaku berdenyut begitu kuat saat melepaskan cairan orgasmeku. Begitu juga dengan Ferdi. Spermanya mengalir deras di dalam rahimku. Rasanya geli dan hangat sekali. Ia menyandarkan kepalanya di dada kiriku. Nafas kami naik turun. Kami diam sejenak untuk menikmati sisa-sisa orgasme yang masih melanda. Vaginaku masih terasa berdenyut-denyut pelan, memijit batang penisnya.

Tuhan... seindah inikah skenario yang dibuatnya untukku? Sampai kapan keindahan ini akan bertahan?

Ferdi menarik lepas penisnya kemudian tidur telentang di sebelahku. Aku menarik selimut dengan kakiku untuk menutupi tubuh kami. Kemudian memiringkan tubuh membelakanginya. Dengan nafas yang belum stabil dan denyutan di vagina yang belum berhenti, aku memejamkan mata.

Tiba-tiba kurasakan tangannya melingkari perutku, memelukku dari belakang dengan erat hingga punggungku menempel pada dadanya. "Terima kasih," bisiknya lembut kemudian mengecup puncak kepalaku.

Aku mengerjapkan mataku pelan. Tubuhku terasa letih, juga perih di bagian vaginaku. Seketika aku tersentak bangun saat mengingat apa yang sudah terjadi. Tangan Ferdi yang memeluk perutku seketika jatuh, membuatnya bergerak pelan dalam tidurnya. Aku menarik selimut untuk menutupi bagian depan tubuhku yang masih terbuka.

"Sayang..." gumam Ferdi sambil meraba-raba tempat di sebelahnya. Ia membuka sedikit salah satu matanya. "Ada apa?" tanyanya dengan suara serak sambil mencoba meraih tubuhku, tapi ia belum sepenuhnya sadar hingga hanya menggapai-gapai selimut di dekat pinggangku.

"Skenariomu sudah selesai, Fer, sekarang pergilah," ucapku dengan suara bergetar tanpa menoleh ke arahnya.

Hening... aku merasakan Ferdi bergerak dan tiba-tiba saja tangannya sudah melingkar di perutku. Ia menyandarkan dagunya di bahuku yang terbuka. Mengecup leherku lembut. "Belum selesai..."bisiknya pelan.

"Apa maksudmu?" aku bertanya.

"Aku ingin terus membuat skenario ini selamanya bersamamu... skenario hidup kita..."

"Denganku?" tanyaku ragu, apa dia tidak salah bicara?

"Iya, denganmu", tegasnya. Aku ingin membuatnya denganmu, hanya denganmu, Citra... apa kau bersedia melakukannya bersamaku? Memulai semuanya dari awal? Membuat skenario hidup kita berdua, saling melengkapi bagian-bagian yang kurang bersama-sama,

"Apa ini kontrak kerja untukku?" tanyaku masih curiga.

"Ya... kontrak seumur hidup." bisiknya pelan sambil menghembuskan nafasnya yang hangat ke batang leherku. dan syarat-syaratnya, kau harus menjadi milikku, harus mencintaiku, harus menyayangiku, harus menerimaku sebagai suami seutuhnya dan tidak boleh menatap laki-laki lain. Juga sebaliknya, aku harus mencintaimu, menjagamu, bersumpah tidak akan pernah menyakitimu, dan tidak akan ada gadis lain selain dirimu,

"Bukankah itu kedengarannya seperti terpaksa?!"

"Memang, tapi aku senang melakukannya, Cik. Aku mencintaimu..."

"Jadi... kau sudah mulai mencintaiku?"

"Bukan, aku sudah mencintaimu dari dulu... sejak kau pertama masuk ke rumahku, kau juga telah masuk ke dalam hidupku... ke hatiku."

Aku menoleh ke belakang dengan terperangah. Ia tersenyum lembut. "Bagaimana bisa?" tanyaku tak percaya.

"Saat itu, aku masih mempelajari skenario yang kau buat," jawabnya.

Aku memeluknya erat, "Ferdi sayang... ayo kita rancang skenario hidup kita bersama-sama..."

Dia membelai kepalaku lembut, "As your wish, honey. I love you"

"Aku juga, Fer I love you too." bisikku pelan.

Dia mengecup kulit leherku pelan. Reflek aku mendesah, dan ia semakin liar mengecupi leher dan bahuku. "Ayo kita mandi," bisiknya sambil mengangkat tubuhku, membawaku ke kamar mandi.

***

Ferdi baru saja pulang dari kampus dan melihat keadaan apartemen yang sedang kosong. Perutnya terasa lapar. Diketuknya pintu kamar Citra. Tidak ada jawaban. Perlahan dibukanya, tidak terkunci. Ia masuk dan melihat kamar itu kosong. Sebuah laptop yang menyala menarik minatnya.


Dihampirinya benda itu kemudian dilihat isinya. Ia terdiam saat melihat blog pribadi Citra Kirana. Tangannya bergerak-gerak di atas keyboard dan ia menemukan sebuah file yang berisi tulisan-tulisan tangan sang istri. Ia terdiam sejenak kemudian mengambil sebuah flashdisk dari dalam ranselnya dan mengopy semua isi folder itu. Kemudian ia keluar dari kamar Citra dan menunggu gadis itu pulang.

Setiap malam dibacanya tulisan-tulisan tangan Citra itu dengan diam. Hingga pada akhirnya, ia memutuskan untuk memulainya lebih dulu. Karena ia yakin, Citra Kirana juga mencintainya.

Ferdi pertama kali mengenal gadis itu saat ibunya membawa Citra untuk tinggal bersamanya. Ia memang gadis yang tertutup dan sedikit dingin pada Ferdi. Tapi justru malah itu yang membuat Ferdi tertarik kepadanya. Gadis itu berbeda... Ferdi ingin melihat bagaimana ekspresi Citra karena selama ini hanya wajah datar gadis itu yang dilihatnya.

Banyak hal yang dilakukannya. Mulai dari menggandeng banyak gadis, bergonta-ganti pacar, hanya sekedar untuk melihat bagaimana reaksi Citra. Namun nihil. Hingga pada akhirnya ia meminta bantuan sang kakek. Dan sang kakek sangat mendukungnya. Tidak hanya membuat Citra menjadi pacarnya, kakek malah langsung meminta Citra untuk menikah dengan Ferdi.

Melihat ekspresi Citra, Ferdi berpura-pura sangat terpaksa dengan pernikahan itu. karena ia tidak ingin Citra membencinya. Jika Citra tahu Ferdi yang memintanya, ia tidak akan pernah mau. Setengah tahun mereka menjadi pasangan suami istri namun gadis itu tetap menjaga jarak darinya. Hingga akhirnya Ferdi menemukan apa yang sebenarnya ada dalam fantasi Citra. Dan hal itu yang membuatnya berani melakukan interaksi lebih dulu. Citra Kirana kini benar-benar menjadi miliknya... CROWN9


CROWN GAMES adalah aplikasi games online terpopuler di INDONESIA.
CROWN GAMES menyediakan berbagai macam permainan CASINO ONLINE.

#slot #aplikasi #game #gameonline #tembakikan #slotgame #bacarat #sicbo #crown #crowngames #crown9


Monday, October 26, 2020

PELAJARAN DARI CI JESI

 

CROWN9
CROWN GAMES

CROWN9 - Perkenalkan namaku Steven, aku baru saja menginjak umur 30 tahun. Nama panggilan akrabku adalah Steve. Sekarang aku bekerja di suatu perusahaan multimedia design & marketing di Jakarta. Focus dari pekerjaanku lebih menuju ke arah website design. Statusku masih belum menikah, dan juga masih belum punya pacar yang serius.

Aku adalah anak kedua dari 3 bersaudara. Kakak dan adikku laki-laki semua. Sekarang kakak kandungku telah berkeluarga, dan tinggal di Denpasar. Adik kandungku baru saja menyelesaikan kuliah-nya di Jakarta, dan kami tinggal bersama. Sejak aku pindah ke Jakarta, orang tua kami membeli rumah di Jakarta agar aku dan adikku tidak gampang terpengaruh oleh sifat dan kebiasaan anak-anak kost yang tidak benar. Memang aku akui itu kekhawatiran yang berlebihan, tapi bagi kami itu adalah berkat karena telah diberi tempat tinggal oleh mereka.

Kakak sulungku sejak tamat SMA (sekarang SMU) langsung pindah ke Denpasar, Bali. Dia mengambil bidang kedokteran, dan kini sekarang dia berhasil membuka praktek sendiri di Denpasar dan menetap di sana. Setelah lama dia berpindah dari 1 tempat ke tempat lain di daerah terpencil untuk ujian praktek dan juga karena suruhan pemerintah.

Aku ingin menceritakan pengalaman mengesankan sewaktu aku masih kuliah di kota pahlawan (Surabaya) hampir 10 tahun yang lalu. Pengalaman ini melibatkan hubungan aku dengan kakak sepupuku yang berumur 5 tahun lebih tua dari aku. Kalau aku pikir-pikir lagi sekarang, keperjakaanku diambil oleh kakak sepupuku sendiri, dan tidak ada rasa penyesalan di dalam diriku. Atau mungkin karena aku adalah lelaki, jadi masalah keperjakaan tidak terlalu penting bagi kami kaum Adam.

Kakak sepupuku bernama Jesi, tapi sejak kecil aku selalu memanggilnya Ci Jes atau hanya Cici yang artinya kakak perempuan. Kami berasal dari kota yang sama yakni kota Surabaya. Jesi adalah anak dari kakak perempuan ibuku. Dia adalah anak bibi yang sulung dari 3 bersaudara.

Jesi pada saat 10 tahun yang lalu berwajah cantik, putih, dengan tinggi badan 165 cm. Dadanya montok, meskipun tidak begitu besar. Tapi pinggulnya bukan main indahnya.

Aneh-nya anak dari ibuku semua-nya lelaki, sedangkan anak dari bibi semua-nya perempuan. Rumah kami tidaklah jauh, dan sewaktu masih SMP dan SMA, Jesi selalu mampir ke rumahku hampir tiap 3 kali seminggu. Karena tempat les private matematika, dan fisika-nya hanya beberapa meter dari rumahku. Jadi daripada pulang ke rumah-nya dulu seusai sekolah, dia memilih untuk mampir di rumahku untuk makan siang lalu berangkat lagi ke les private-nya.

Bisa dikatakan meskipun umur kami beda 5 tahun, tapi kami sangat akrab. Jesi ramah, lembut, dan sangat perhatian kepada kami. Kami menganggap Jesi seperti kakak kandung sendiri. Tapi aku selalu merasa Jesi memberi sedikit perhatian lebih kepadaku. Waktu itu aku berpikir mungkin karena kakak sulungku hampir seumur dengan-nya, dan adik bungsuku umur-nya beda amat jauh darinya. Tapi setelah kejadian malam itu, aku baru mengetahui kenapa Jesi memberikan perhatian lebih kepadaku.

Jesi sering bercurah hati denganku, meskipun waktu itu aku masih duduk di bangku SD. Kadang-kadang aku tidak mengerti apa yang dia omongkan. Kalau dia tertawa, aku pun ikut tertawa. Meskipun aku waktu itu tidak tau kenapa harus tertawa. Mengingat-ingat itu lagi, aku bisa tertawa sendiri sekarang. Jiwa anak-anak masih lugu dan murni.

Semenjak tamat SMA, Jesi pindah ke Bandung dan kuliah di sana. Sejak kepindahan Jesi, terus terang aku merasa kehilangan dan kadang-kadang rindu dengan-nya. Hanya setahun 2 kali Jesi pulang ke Surabaya, dan itu hanya untuk beberapa minggu saja. Dan yang mengesalkan, tiap kali Jesi pulang, selalu saja saat aku harus menghadapi ujian umum. Jadi waktuku untuk bermain-main dengan dia sangatlah terbatas.

Aku juga pernah sempat cemburu oleh lelaki yang sekarang menjadi suami Jesi, sewaktu Jesi membawa-nya pulang bertemu keluarga-nya dan keluargaku. Rasa cemburu ini sangatlah beda. Tidak sesakit rasa cemburu terhadap pacar sendiri. Mungkin rasa cemburu karena takut akan kehilangan kakak kesayangan saja. Lelaki itu bernama Bram. Bram berasal dari kota Samarinda, yang kebetulan kuliah di universitas yang sama dengan Jesi.

Hubungan Bram dan Jesi terus berlangsung sampai akhir-nya seusai kuliah, mereka memutuskan untuk segera menikah. Keputusan menikah ini atas permintaan Bram, karena dia harus kembali ke Samarinda dan melanjutkan usaha orang tua-nya. Jesi menikah di usia-nya yang ke 24 tahun. Tentu saja setelah menikah Jesi harus ikut Bram ke Samarinda.

Semenjak kepindahan Jesi ke Samarinda, hubungan kami sempat terputus selama 2 tahun. Dan kabar tentang Jesi hanya bisaku dapatkan dari bibi (ibu Jesi) saja. Pada saat itu Jesi masih belum dikaruniai seorang anak. Tiap kali aku bertanya kepada bibi mengapa sampai saat itu Jesi belum memiliki momongan, jawaban bibi selalu saja sama, yah antara kesibukan Jesi membantu usaha Bram atau Jesi sendiri masih belum siap memiliki momongan.

Ternyata memang benar, sejak Jesi menikah dan pindah bersama Bram di Samarinda, usaha Bram benar-benar lancar dan berkembang pesat. Bram memiliki toko yang luas dan terbagi menjadi 2 bagian. Bram menangani usaha business dibidang handphones dan aksesorinya. Sedangkan Jesi menangani usaha business di bagian konveksi dan aksesorinya seperti jepit rambut, anting-anting, dan sebagainya. Bram dan Jesi sering terbang ke Jakarta untuk order handphones, dan barang-barang model terbaru di Indonesia untuk dijual di toko mereka.

Suatu hari setelah 2 tahun lama-nya tiada kontak dengan Jesi. Tiba-tiba Jesi terbang ke Surabaya karena rindu dengan orang tuanya. Bram tidak datang bersamanya dan Jessi hanya tinggal untuk 10 hari saja. Tapi kunjungan kali ini tidak tepat pada waktunya. Rencana Jesi pulang ini untuk memberi kejutan buat orang tuanya, malah dia lebih dikejutkan lagi oleh orang tuanya. Waktu itu bibi dan paman harus terbang ke Thailand karena liburan dan tidak mungkin dibatalkan karena tiket dan semua akomodasinya sudah dibayar. Jadi Jesi bertemu dengan bibi/paman hanya untuk 2/3 hari saja. Selanjutnya Jesi harus menjaga rumah dan kedua adiknya. Saat itu aku masih duduk di bangku kuliah, dan kebetulan baru memasuki semester baru. Tiada kesibukan yang berarti di saat kami baru memasuki semester baru.

Pada hari Jumat siang (kira-kira jam 2 siang), sepulang dari kuliah, aku langsung memutuskan untuk pulang ke rumah saja. Tidak seperti biasanya. Biasanya setiap hari Jumat, aku dan teman-teman kuliah pasti langsung ngafe atau istilahnya ngeceng (kalo bahasa kami bilangnya 'mejeng') di mall. Waktu tiba di rumah, Jesi sudah ada di sana dan lagi menonton VCD bersama pembantu.

"Halo Ci Jes, kapan datang?", sapaku.
"Halo Steve. Baru aja datang. Cici bosan di rumah. Tara dan Dina lagi keluar tuh ama cowok-cowoknya. Jadi cici bosan di rumah sendiri. Jadi yah pindah aja di sini.", jawabnya ringan.
"Ci Jes dah makan belum?", tanya saja.
"Sudah tadi. Tuh ada ikan goreng ama sambel lalapan mbak punya. Mantep tuh!", canda Jesi sambil melirik ke pembantuku.

Aku kemudian masuk kamar dan mengganti pakaian rumah. Jesi waktu itu sedang nonton film Armageddon (Bruce Willis). Salah satu film favoritku. Kemudian aku join dengannya nonton bersama-sama sambil makan siang di depan TV. Tapi memang benar, ikan goreng sambel lalapan pembantuku memang tiada tandingannya. Sempat saja aku tambah 2/3 piring.

Di tengah-tengah menonton VCD, pembantuku menawarkan kami jus buah. Tentu saja tawaran yang tidak boleh dilewatkan. Di siang bolong begini, jus buah segar adalah penawar yang paling tepat.

Aku duduk di atas sofa sambil kakiku naik di meja, dan Jesi duduk pas di sebelahku. Semakin lama Jesi semakin mendekat ke aku. Aku tidak begitu perduli karena aku sudah terbiasa dengan itu. Bau harum rambutnya sempat tercium saat itu. Jesi tampak bosan, mungkin karena dia telah nonton film itu dulunya.

"Steve, cici bosan nih!", katanya.
"Trus Ci Jes mau ngapain?", tanyaku.
"Ngga tau nih. Mau ke Thailand cici.", jawabnya sambil tertawa.
"Ya sono, beli ticket! Steve anterin deh sekarang", responku seadanya. Tiba-tiba Jesi mencubit perutku.
"Ci Jes mau ke mall ngga?", tawaranku.
"Malas ah. Mall mall melulu. Ngga ada yang lain?", tanya Jesi.
"Ada. Mau ke Tretes? Nginep di sono.", tawaranku lagi.
"Boleh sih, tapi ngga hari ini. Masih panas dan macet lagi jam-jam gini.", jawabnya.
"Trus sekarang Ci Jes mau ngapain?", tanyaku sekali lagi.
"Ke kamar Steve yuk. Ada computer game baru ngga?", tanya dia.
"Liat aja sendiri.", jawabku santai.

Kemudian kami cabut dari depan TV dan membiarkan pembantuku nonton film itu sendiri. Di kamar aku menyalakan AC dan computer. Aku membiarkan Jesi main-main computerku, dan aku hanya berbaring di tempat tidur sambil membaca komik manga. Ternyata Jesi tidak jadi main game computer, tapi malah browsing-browsing foto-foto yang aku scanned sendiri. Jaman itu digital camera masih mahal dan kualitasnya jelek, tidak seperti saat ini. Jesi terlihat senyum-senyum sendiri melihat foto-foto kami waktu masih kecil.

Tiba-tiba bak kesambar petir, Jesi membuat aku mati kutu. Aku lupa total kalau di computer itu banyak koleksi film-film porno yang aku dapat dari teman-teman kuliah.
"Hayo apa ini, Steve?!", tanya dia sedikit menyindir.
"Weleh Ci Jes jangan buka itu dong! Barang privacy! Khusus laki-laki.", jawabku seadanya.
"Emang cewek ngga boleh liat yah?", tanya dia menyindir lagi.
"Kalo cewek mau liat, boleh aja, tapi liat nanti saja atau kapan-kapan, jangan sekarang.", jawabku sambil malu tidak karuan.
"Cici mau liat sekarang boleh kan?! Lagian cuman begini saja. Steve lupa yah, cici kan sudah punya suami.", jawab dia lagi.
"Ya udah. Terserah Ci Jes. Tapi suaranya dikecilin yah. Ntar mbak kedengaran lagi.", pintaku.

Tanpa basa-basi, Jesi langsung putar aja film-film porno itu. Anehnya seakan-akan Jesi terlihat menikmati film-film porno tersebut. Koleksiku termasuk banyak dan dari banyak negara, ada Amrik, Australia, Canada, Jepang, Hongkong, Taiwan, Thailand, dan sedikit saja yang Indo. Maklum bokep Indo saat itu masih susah didapat. Berbeda dengan jaman sekarang.

Cukup lama Jesi menonton film-film bokep itu, tiba-tiba aku dikejutkan oleh panggilannya. Panggilan inilah awal dari segalanya.
"Steve, pinjitin cici dong? Minta mama tuh beliin kursi belajar yang enak. Bikin pegal aja.", kata Jesi.
Terus terang sejak dulu, aku tidak pernah sungkan-sungkan untuk memijat Jesi apabila dia minta. Tapi kali ini aku keberatan, karena Jesi sedang nonton film porno. Sejak tadi aku pengen keluar dari kamar, dan membiarkan Jesi nonton sendirian. Tapi juga ada sedikit rasa ngga enak kalo meninggalkan dia sendiri. Aku berdiri di posisi yang serba salah. Akhirnya aku memutuskan untuk memenuhi permintaan Jesi.

"Ehmm...ehmmm...", suara Jesi keenakan
"Kurang keras, ci Jes?", tanyaku.
"Cukup steve. Tapi rada turun ke lengan sedikit yah.", pinta Jesi.

Sekarang mau tidak mau aku ikut nonton film bokep itu bersama Jesi. Aku tidak berani berkata apa-apa. Malu dan risih itu alasan yang paling tepat. Aku akui sejak dari tadi rudal aku sudah cukup berdiri, tapi masih belum maksimum.

Cukup lama aku memijat pundak dan lengan Jesi. Tiba-tiba aku dikejutkan dengan suaranya yang membuat jantungku seakan-akan mau copot.
"Steve, pengen pijet susu cici ngga?", tanya Jesi.
Jeblerrr, kayak kesambar petir, ingin segera pingsan saja aku dengan pertanyaan Jesi itu.
"Err ... maksud ci Jes apa yah?", tanyaku pura-pura bego.
"Iya, cici tanya Steve. Pengen ngga pijet susu cici?", jawab Jesi sambil tangannya meraba payu daranya sendiri.
"Err ... ", hanya itu yang bisa saja jawab.

Dengan malu-malu aku turunkan kedua telapak tangan aku menuju kedua payudaranya, dan meremasnya lembut. Tubuh Jesi tiba-tiba terkejut sejenak, kemudian santai lagi. Hanya beberapa detik saja, tiba-tiba Jesi berkata:
"Steve, stop dulu. Bentar, cici mau lepas BH dulu."
Gila benar nih, aku dibikin ngga karuan saja. Jesi melepaskan BH nya dari dalam kaos putihnya tanpa menanggalkan kaosnya.
"Nah, kalo begini Steve lebih leluasa.", katanya santai.

Terang aja, aku bisa merasakan daging lembut yang menonjol jelas dia dadanya, meskipun masih terbungkus kaos putihnya. Aku menelan ludah, malu, risih, grogi tapi kedua telapak tangan masih meremas-remas payu daranya. Rudal penisku sekarang menjadi berdiri tegak, dan amat keras.

"Ehmm...ehmmm...ahhh", suara Jesi perlahan-lahan berubah seperti suara pemain wanita di film bokep yang sedang kami tonton. Tangan kanan Jesi sekarang sudah tidak memegang mouse computer lagi, tapi meremas telapak tanganku yang sedang sibuk meremas-remas payudaranya.

Aku benar-benar masih hijau dibidang beginian. Edukasi seks yang aku dapatkan hanya dari film-film bokep saja. Reality seks experience masih belum pernah sama sekali. Ini saja pertama kali aku meraba, meremas payu dara seorang wanita. SLOT ONLINE

"Ahh... Steve ... ahhh ... ", suara Jesi makin sexy dan inilah pertama kali aku melihat wajah Jesi dalam keadaan terangsang alias horny. Kakak sepupu yang biasanya manis dan lembut, kini berubah menjadi wanita yang sedang haus akan seks. Aku tidak pernah menyangka kalau Jesi ternyata sangat mahir di bidang ini.

Tanpa sungkan-sungkan lagi, Jesi bertanya dengan vulgarnya, "Steve, pengen gituan ama cici ngga?!".
"Anu, gituan apa ci?", tanyaku pura-pura bego lagi.
"Steve jangan pura-pura bloon ah", jawab Jesi sambil mencubit tanganku.
"Tapi Steve emang ngga tau, pengen gituan apa sih?", jawabku masih pura-pura lagi.
"Idihh Steve, reseh nih. Maksud cici itu, Steve pengen ngga ngentot ama cici?", kali ini pertanyaannya semakin bertambah vulgar.

Istilah 'ngentot' jarang dipakai di Surabaya waktu jaman itu. Istilah ini umum dipakai di Jakarta dan sekitarnya. Mungkin karena dulunya Jesi pernah kuliah di Bandung, jadi istilah ini sudah biasa diucapkan olehnya.

"Hah?! Yakin nih ci Jes? Di sini sekarang? Ntar kedengaran mbak loh.", jawab panik.
"Kunci aja pintunya. Kayaknya mbak lagi tidur siang. Lagian kita putar musik aja biar ngga kedengeran.", jawab Jesi.

Tanpa diberi aba2, dengan cepat aku mengunci pintu kamar, kemudian menutup film bokep tadi dan menggantikannya dengan mp3 program. Jesi sudah berbaring di atas ranjangku sambil memandangku yang sedang berdiri di samping ranjang. Tidak tahu harus mulai dari mana.

Seakan-akan mengerti dengan tingkah lakuku yang mau hijau. Jesi kemudian menarik tubuhku agar bergabung dengannya di atas ranjang. Tanpa malu-malu, tangan Jesi menjulur ke dalam celana boxerku, dan dengan singkat saja batang penisku telah digenggamnya dengan mudah.

"Wah, kok dah tegang nih?", tanya Jesi menggoda.
"Ah, ci Jes bisa aja nih?", jawabku malu-malu.
"Steve pernah ngga gituan ama cewek lain?", tanya Jesi penasaran.
"Menurut ci Jes gimana?", jawabku malu-malu.
"Kalau menurut cici sih, kayaknya belum pernah yah. Steve masih malu-malu gitu ... tapi MAU!", godanya lagi.
"Cici ajarin Steve yah. Tapi ini untuk kali ini saja. Tidak bakalan ada lain kali. Cici mau ambil Steve punya perjaka.", kata Jesi sambil tertawa.

Aku seperti tidak mengenal Jesi sebagai kakak sepupuku yang seperti biasanya. Perasaan sayang aku sebagai adik sepupu terhadap kakak sepupu berubah menjadi perasaan nafsu birahi. Pengen sekali aku menidurinya dan menikmati tubuhnya dari ujung rambut sampai ujung kaki.

Dengan segera saja kulepas semua pakaian yang aku kenakan termasuk celana boxerku. Kini aku yang terlanjang bulat. Mungkin karena terlalu nafsu dan grogi, aku sampai lupa kalau Jesi masih berpakaian lengkap. Brrr... semburan angin AC benar-benar dingin. Dengan segera aku matikan AC di kamar. Reflek tubuh aku untuk menghindari dari masuk angin.

"Ci Jes, ngga lepas baju?", tanya aku lugu.
"Ntar dulu, pelan-pelan dong sayang.", jawab Jesi santai.

Terus terang panggilan kata 'sayang' di sini berbeda sekali rasanya dengan kata 'sayang' yang sering Jesi ucapkan dulu-dulunya. Kali ini seakan-akan kata 'sayang' yang berarti seperti 'aku milikmu' atau 'nikmatilah aku', atau apalah gitu. Yang pasti berbau seks.

Aku berbaring di atas ranjang dengan posisi badan terlentang, kedua telapak tangan di atas perut, dan dengan batang penis yang menegang. Jesi seperti mengerti apa yang harus dia perbuat. Jesi mengarahkan tubuhnya diatas tubuhku dan memulai actionnya.

Pertama-tama dia mencium leherku, kemudian menjilati kuping aku. Tentu saja bulu romaku berdiri dibuatnya.
Aku mencoba mencium bibirnya, tapi tiap kali aku mencoba, Jesi selalu menghindar saja.
"Ci Jes, Steve mau cium bibir cici.", kataku.
"Jangan Steve. Ciuman bibir kan hanya buat pacar. Cici kan bukan pacar kamu.", jawab Jesi.

Aku hanya mengangguk saja pertanda setuju, dan kemudian membiarkan dirinya menjelajahi seluruh tubuhku. Jesi benar-benar mahir dalam bidang beginian. Dia dengan cepat bisa mengetahui dimana titik kelemahanku tanpa harus bertanya kepadaku. Dengan tanpa ragu-ragu dia mengulum lembut batang penisku, dengan sesekali menjilat-jilatnya. Tubuhku bak melayang di surga, setiap hisapan yang dia berikan terhadap batang penisku membuatku melayang-layang.

Cukup lama dia bermain dengan batang penisku, akhirnya dia berhenti dan membuka kaosnya. Oh my gosh, pertama kali ini aku melihat sepasang payu dara indah milik Jesi. Selama aku hanya menikmati bagian atasnya saja yang putih mulus ditutupi oleh baju renang. Kali ini semuanya terbuka lebar. Begitu putih, mulus, dan warna putingnya yang coklat muda menantang di depan mataku.

Jesi menyuruhku mengulum puting susu-nya. Untuk yang ini aku bisa, seperti mengulum permen cup-pa-cup saja.
"ahh ... ahh ...", terdengar suara erangan halus Jesi. Dia berusaha menahan suaranya agar tidak terdengar oleh pembantuku.
"Steve, tolong lepas celana cici dong?!", pintanya lembut. Tentu saja tawaran yang mahal. Dengan segera aku lepaskan celana jeansnya plus celana dalamnya.

Sekali lagi ... OH MY ... aku menjadi sesak napas sekarang. Aku sekarang bisa melihat memek Jesi dengan jelas. Sungguh indah, lebih indah dari memek-memek yang pernah aku lihat dari film-film porno. Jembutnya juga halus dan tidak begitu lebat. Paha-nya mulus, dan perutnya langsing. Tidak pernah terpikir olehku sebelumnya bahwa Jesi se-sexy ini. Walaupun telah menikah lebih dari 2 tahun, Jesi masih rajin merawat bentuk tubuhnya.

Terpintas di dalam pikiranku untuk menjilat-jilati memek milik Jesi seperti yang sering aku lihat di film bokep. Tapi niat ini ditolak oleh Jesi, mungkin karena takut aku tidak tahan mencium aroma memek. Jadi aku hanya diperbolehkan untuk memainkan tanganku di bagian itilnya. Memek Jesi lembut sekali dan kini menjadi basah. Suara erangan nikmat Jesi semakin menjadi-jadi, dan kadang-kadang sedikit terlepas kontrol.

"Steveee, ahhh ... ahhh ... geli Steve...", suara Jesi yang sedang bernapsu.
"Enak ci Jes?", tanyaku. Tapi Jesi seakan-akan tidak mendengar pertanyaan ini. Dia masih tetap berkonsentrasi dan menikmati setiap sentuhan-sentuhan yang aku berikan.

Memek Jesi semakin basah dan licin. Kali ini tubuhnya sedikit menegang. Saat itu aku tidak mengerti apa yang akan terjadi dengannya, yang terdengar dari mulutnya hanya "Steve ... ahh ahh ... cici mau datangggg ... cici mau datanggg". Hanya dalam hitungan detik, tiba-tiba tubuh Jesi mengejang dan menjerit keras. Aku panik dan segera saja aku tutup mulutnya dengan tanganku. Napasnya terengah-engah, dan memelukku sekencang mungkin. Tubuh Jesi berkeringat, maklum saat itu AC telah aku matikan, mengingat Surabaya kota yang panas, tidak heran Jesi jadi berkeringat.

"Steve ... thank you ...", katanya sambil terengah-engah.
"Steve mau rasain masuk ke sini ngga?", katanya sambil menunjuk memeknya yang sudah basah. Aku hanya mengangguk malu-malu sambil berkata, "Kalo ci Jes ijinin, Steve mau aja masuk ke sana.".
"Idih, genit kamu. Jelas cici ijinin dong. Masa cici cuma ijinin pegang. Kan tanggung.", jawabnya genit.
Kemudian dia menambahkan, "Steve, tapi ini hanya untuk hari ini saja yah. Dan ini hanya rahasia kita berdua saja. Jangan sampai ini terbongkar ke orang lain, apalagi kalo sampai suami cici tau. Cici bisa bunuh diri.", katanya serius.
"Husss ... mana boleh begitu ci Jes", jawabku tegas.
"Makanya, Steve harus jaga rahasia ini, ok?!", pintanya. Aku hanya memberikan signal peace, yang berarti 'I swear'.
"Sekarang Steve ambil posisi di atas cici. Cici tuntun dedek Steve dulu. Jangan sembarangan main tusuk yah?!", katanya lagi. Aku hanya bisa mengangguk saja.

Dengan mengambil posisi di atasnya, Jesi mencoba menuntun batang penisku masuk ke dalam memeknya. Aku menjadi ngga sabar lagi, pengen cepat-cepat masuk ke dalam. Aku begitu bernafsu saat itu. Selesai berhasil menembus masuk ke dalam memek Jesi, mata Jesi terpejam dan mulutnya bersuara basah "ugghh...". Saat penisku terbenam di dalamnya, aku belum ingin mencoba memainkan pinggulku. Aku ingin merasakan hangatnya memek Jesi untuk beberapa saat. Pertama kali penisku masuk ke liang vagina wanita.

"Kenapa Steve. Kok diam saja?", tanya Jesi.
"Steve pengen diam dulu ci. Punya cici anget banget.", jawabku.
"Enak?", tanya Jesi sekali lagi, dan aku menganggukan kepalaku.
"Kalau gitu kocok sekarang yah, ntar kalau Steve pengen keluar pejunya, keluarin aja yah. Jangan mencoba untuk ditahan. Ini kan pertama kali buat Steve, jadi cici bisa maklum kalo Steve belum bisa mengontrol keluarnya peju.", jelas Jesi.

Perlahan-lahan aku memainkan pinggulku. Aku belum terbiasa. Aku sedikit grogi. Jesi membantuku memainkan pinggulku agar dorongan dan irama kocokan batang penisku lebih berirama. Selangkangan Jesi dibuka lebih lebar olehnya, agar memberikan ruangan untukku bergerak lebih leluasa.

"Ahhh...Steve...cepet pinter kamu...yah di sono terus ... terus lebih dalam lagi...", puji Jesi. Aku hanya tersenyum saja.
"Uhhh ... ohhh... uhhh...", desahan Jesi menjadi-jadi. Jesi berusaha sekuat mungkin menahan desahannya agar tidak sampai terdengar terlalu keras. Jesi tampak bernafsu sekali, dan mulai mengeluarkan kata-katanya yang jorok. Aku pun mendengar kata-kata jorok Jesi, menjadi makin bernafsu juga. Aku merasa seperti lelaki satu-satunya yang mampu memuaskan nafsu birahi Jesi.

"Steveee ... entotin cici terus ... entot cici terus ... kontolnya enakkk bangettt sihhh ... uuuhhh...".
Melihat kelakuan Jesi, aku menjadi seakan-akan terbawa olehnya, dan seperti penyakit menular, akupun mulai ngomong yang jorok-jorok pula.
"Iya ci ... Steve entotin terus memek cici ... kalo bisa entot terus foreverrr ...", kacau deh kata-kataku.
"Steveee ... cici mau kencinggg ... geliii bangettt ... uuhhh ...".
Arti 'kencing' di sini bukan bukan air seni beneran, tapi karena terlalu gelinya Jesi merasa seakan-akan pengen kencing. Yang pasti memek Jesi makin basah saja. CASINO ONLINE

"Uhh...ohhh ... suka ngga ngentot ama cici ... suka ngga? memek cici enak ngga? ... ", tanya Jesi kacau.
"Enakkk bangettt cici ... enakkk banget ... Steve nanti kapan-kapan minta lagi yah? ... ngga mau sekali doang, pleaseee ...", mohonku.
"Iyaaa ... iyaaa ... asal Steve sukaaa ... Steve boleh entot cici terusss ... uuhh ... oohhh", jawabnya. Aku menjadi amat gembira mendengarnya.
"Ci Jes suka ngentot ternyataa yahhh ... baru tau Steve", kataku.
"Siapaaa di dunia ini yang ngga suka ngentot, heh? Cici juga manusia kann...", jawab Jesi.

Tubuhku terus memompa-mompa Jesi, dan kali ini aku yang menjadi berkeringat. Hampir seluruh badanku basah, dan itu membuat Jesi semakin bernafsu. Kadang-kadang dia mengusap dadaku yang berkeringat dengan telapak tangannya, dan kadang-kadang menjambak lembut rambutku.
"Ci Jes ...ahhh... Steve kayaknya mau meledakkk ntar lagii ... gimana nihhh", kataku panik.
"Keluarin ajaaa kalo dah ngga tahann ...", jawabnya.
"Iyaaa ... Steve mau keluarrr ntar lagii ... cici siap-siap yah", kataku lagi. Jesi hanya mengangguk saja.

Kupercepat lagi goyangan pingguku. Jesi menjadi seperti cacing kepanasan.
"Steveee ... cici juga mau datanggg ... enakk bener kontolnya sihhh ...", puji Jesi lagi.
"Ci Jes ... dah dipuncakkk nihhh ... ntar lagiii ... ntar lagiii ...", kataku ngga karuan.
"Barengan yah sayanggg ... ahhh ahhh ... cici juga mau datang sayanggg ...", Jesi mengingau.

Mendengar kata 'sayang' lagi, aku menjadi tambah bernafsu lagi. Bendungan pejuku sebentar lagi jebol, dan aku tau pasti kalau itu bakalan tidak lama lagi.
"Ci Jes ... Steve ntar lagiii datanggg ...", kataku memberi aba-aba.
"Iya sayanggg, keluarin yah sayanggg ... uuhhh ... oohhh ....".
Selang beberapa detik kemudian ...
"Ci Jes ... Steve datanggg ... ahhhh ... ahhhh ...", kataku sambil batang penisku mengeluarkan semua pejunya di dalam liang memek Jesi.
"Ahhh ... Steve sayanggg ... cici juga keluarrrr ... ahhh ... ahhh ...", sahut Jesi sambil memeluk tubuhku yang basah kuyung.

Kubiarkan batang penisku menumpahkan lava hangat di dalam liang memek Jesi. Jesi masih memeluk tubuhku dengan napas terengah-engah. Setelah selang beberapa saat, wajah kami saling berhadapan, dan Jesi segera mencium keningku.
"Steve, thank you sekali lagi yah.", kata Jesi.
"Steve juga thank you buat ci Jes. Ini pengalaman berharga Steve.", jawabku.
"Ngga nyesel kamu Steve?", tanya Jesi penasaran.
"Tidak sama sekali.", jawabku tegas yang kemudian terlihat Jesi tersenyum manis.
"Idih ... peju perjaka banyak banget. Ngga cukup memek cici yang menampung. Tapi sekarang dah ngga perjaka lagi nih!", canda Jesi. Aku hanya tersenyum saja.
"Tapi untuk ukuran perjaka, Steve termasuk hebat loh. Masih saja mampu bikin cici datang sekali lagi.", pujinya.
"Ci Jes, bener ngga sih kalo cewek menelan peju perjaka bisa awet muda?", tanyaku bercanda.
"Idih ... mana ada yang begituan. Itu kan cuman mitos aja", jawab Jesi.

Posisi batang penisku masih menancap di dalam memek Jesi. Masih agak keras sih, tapi nafsu birahiku sudah mereda. Aku biarkan batang penisku di dalam sana sambil memeluk tubuh Jesi. Tubuhku basah kuyup, dan untungnya Jesi tidak sungkan-sungkan memeluk tubuhku yang sedang penuh bermandikan keringat. Aku merasa Jesi memang sayang kepadaku.

Tak terasa total waktu kita berperang di atas ranjang lebih dari 3 jam. Jam 6 sorean Jesi pamit pulang, karena dia ada janji dengan teman-teman masa SMA-nya dulu. Pada malam harinya aku menerima sms darinya yang berkata: "Steve, ingat janjinya yah. Jangan bilang-bilang sama siapa-siapa. Ntar cici ngga kasih lagi loh?!".

Kemudian aku balas smsnya, "Kalau ci Jes mau Steve tutup mulut tentang rahasia ini, tolong sumbat mulut Steve ama susu ci Jes lagi deh.".

"Idih ... masih kurang yah?! Dah ketagihan nih yah?! Ntar sebelon cici pulang ke Smrd, cici kasih lagi deh.", balesnya.

Malam itu aku tidak bisa tidur, teringat-ingat kejadian erotis siang hari itu. Aku tidak menyangka kakak sepupu yang paling aku sayang dan yang paling aku hormati, kini telah aku tiduri. Aku tidak menyangka kalau Jesi adalah wanita pertama yang pernah aku tiduri. Yang lebih mengejutkan lagi, dia adalah kakak sepupu sendiri yang mana kami berdua masih ada sedikit hubungan darah (antara ibuku dan ibunya).

Ada sedikit rasa bersalah dan menyesal, tapi karena aku masih tergolong pemuda yang gampang bernafsu, aku masih memiliki pemikiran dan harapan untuk meniduri Jesi sekali lagi sebelum dia pulang ke Samarinda. Dan untungnya pemikiran atau harapanku ini tidaklah sia-sia, selama sisa 6 hari liburannya di Surabaya, kami selalu mencari kesempatan untuk 'bercinta'. Di kamarku, di kamarnya, dan sekali di bak mandi di rumahnya.

Jesi telah berubah bukan saja sekedar kakak sepupu saja, tapi lebih menjadi guru seks-ku. Dia terlihat sangat mahir dalam memuaskan nafsu birahi laki-laki. Jurus goyang pinggulnya dengan posisi dia diatas mampu membuatku babak belur. Seakan-akan dengan posisinya di atas, memeknya terasa seperti meremas-remas dan menyedot batang penisku. Pertama kali Jesi mengenalkan jurus goyang pinggulnya, aku tidak mampu bertahan, dan hanya beberapa kali goyangan pinggulnya, aku langsung ejakulasi. Jesi sempat menyindir canda waktu itu, dan maklum melihat kejadian ini.

Sehabis setelah bersetubuh dengan Jesi, aku banyak bertanya tentang pengalaman seks-nya dengan Bram dan kadang kala aku membandingkan diriku dengan Bram. Tentu saja menurutnya, aku masih sedikit kalah dibandingkan suami-nya sendiri. Tapi Jesi mengakui kalau aku sering 'bermain' dengannya, aku akan lebih 'jago' daripada suami-nya sendiri. Masalah ukuran penis, Jesi bilang punyaku lebih panjang daripada punya Bram, tapi milik suami-nya lebih melebar kesamping alias lebih gendut. Sewaktu aku menanyakan enak mana yg panjang atau yang gendut, dia menjawab kedua-duanya memiliki keasyikan yang sangat berbeda. Dan dia menambahkan sambil bercanda alangkah lebih baik bila ada yang panjang dan gendut. Langsung aja aku merespon candanya dengan mengajak threesome dengan Bram. Jesi menjawab lebih baik dia mati daripada harus threesome dengan suami-nya sendiri.

Jesi pernah mengaku bahwa dia tidak pernah sebelumnya menaruh perasaan nafsu kepadaku. Hanya karena dia telah hilang kontak denganku lebih dari 2 tahun lamanya, dan sekembalinya dia ke Surabaya, aku telah banyak berubah terutama dari segi fisik. Dia memujiku bertambah tampan, dan bertubuh padat. Mungkin keaktifanku berenang seminggu 2 kali, menjadikan badanku terlihat padat, meskipun tidak gempal. Karena inilah Jesi mengaku bahwa dia sangat mengagumi perubahan fisikku ini, dan akhirnya memberanikan dirinya untuk mencoba seducing atau menggodaku secara seksual atau singkatnya bermain api denganku. Sebenarnya dia sendiri takut bukan main sebelum persetubuhan kami yang pertama. Takut akan penolakanku, dan takut apabila ketahuan pembantu rumahku. Tapi semenjak persetubuhan pertama kami berhasil, Jesi mengaku menjadi semakin bernafsu denganku. Tidak heran setiap kali aku meminta jatah untuk menyetubuhinya, dia tidak pernah menolak sekali pun. Kalau saja situasinya tidak mengijinkan, dia hanya berbisik atau memberi tanda untuk menahan nafsuku dulu sampai nanti situasinya mengijinkan.

Kepulangan Jesi ke Samarinda menjadi pil pahit buatku. Karena guru seks-ku meninggalkanku di Surabaya sendiri. Hampir tiap hari aku ber-masturbasi sendiri sambil membayangkan memori-memori indah menyetubuhi Jesi. Aku merasa seperti pecundang saat itu, karena hanya masturbasi yang bisa aku lakukan. Sering aku menelpon Jesi lewat hp-nya, menceritakan betapa berat aku ditinggal olehnya, dan betapa rindunya aku dengannya. Jujur saja, aku hanya rindu akan kehebatannya 'bercinta', bau tubuhnya, dan nikmatnya ejakulasi di dalam liang memeknya. Perlu diketahui bahwa selama bersetubuh dengan Jesi waktu itu, aku tidak pernah memakai kondom sekalipun, bahkan belum pernah memegang apa itu kondom sampai hubungan seks berikutnya dengan pacar pertamaku. Aku tidak pernah menanyakan apa Jesi oke saja dengan aku berejakulasi di dalam liang memeknya. Sempat aku kuatir apabila dia hamil karena spermaku. Namun aku lega karena setelah 1.5 tahun kemudian Jesi baru dinyatakan positif hamil. Jadi jarak waktunya berbeda jauh dengan kekhawatiranku.

Semenjak itu, aku belum pernah lagi 'bercinta' lagi dengan Jesi. Meskipun kadang-kadang setiap kali pulang ke Surabaya, aku sempat mengajaknya '1 kali saja'. Tapi ajakanku selalu ditolaknya, karena Bram ada di sana pula bersama anaknya yang baru lahir. Sampai akhirnya aku memutuskan untuk pindah ke Jakarta, mencari karirku di sana.

Aku belajar banyak dari Jesi, dia selalu memberiku tips-tips cara menaklukkan wanita di atas ranjang. Meskipun kami sudah tidak pernah lagi 'bercinta', tapi kami masih tetap berhubungan baik. Seakan-akan tiada rasa bersalah atau rasa aneh semenjak kejadian itu di antara kami. Jesi banyak memberikan nasehat kepadaku tentang perbedaan cinta dan nafsu. Jesi jujur mengatakan kepadaku bahwa saat itu dia hanya nafsu terhadapku, dan hanya ada cinta terhadap Bram.

Tips-tips pemberian Jesi amatlah mujarab dan bervariasi. Bekas pacar-pacarku dan teman-teman 'one night stand' di Jakarta (maklum bila di kota metropolis ini, seks bebas telah menjadi rahasia umum) menyukai gaya permainan ranjangku.CROWN9



BELLA REKAN KERJAKU

  CROWN9 FREECHIP - Awal aku mengenalnya pada saat dia mengundang perusahaan tempatku bekerja untuk memberikan penjelasan lengkap mengenai ...